MODUL MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
PERENCANAAN FASILITAS
Perencanaan fasilitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebelum dan
setelah perusahaan beroperasi. Perencanaan fasilitas mempunyai subjek luas dan
dapat diterapkan dalam berbagai jenis bidang, misalnya untuk perencanaan suatu
produk baru, perkantoran, penambahan bagian pada suatu Rumah Sakit, atau
perluasan ruang tunggu di Bandara yang akan digunakan
untuk melaksanakan proses produksi atau transformasi.
Secara umum, tujuan perencanaan fasilitas sebagai berikut:
1.
Menunjang tujuan organisasi melalui
peningkatan material handling (pengiriman bahan baku) dan penyimpanan.
2.
Menggunakan tenaga kerja, peralatan,
ruang, dan energi secara efektif.
3.
Meminimalkan investasi modal.
4.
Mempermudah pemeliharaan.
5.
Meningkatkan keselamatan dan kepuasan
kerja.
Aktivitas PERENCANAAN FASILITAS,
dapat dibagi dalam beberapa
fasilitas:
a. Perencanaan lokasi usaha.
b. Perencanaan
tata letak (layout) tempat usaha.
c. Perencanaan system material handling.
Menurut Tompkins
dapat digambarkan dalam bentuk daur hidup fasilitas sbb:
1.
Fase I
Tetapkan tujuan
dari fasilitas
2.
Fase II
Tentukan
kegiatan utama dan penunjang yang diperlukan dalam mencapai tujuan.
Tentukan
hubungan antarsemua kegiatan.
Tentukan
kebutuhan ruangan untuk semua kegiatan.
Susun alternatif
dari rencana fasilitas.
Evaluasi
alternatif itu.
Pilih alternatif
rencana fasilitas terbaik.
3.
Fase III
Terapkan rencana
fasilitas tersebut.
Pelihara dan
sesuaikan dengan keadaan
Kembali ke
langkah 1
TUJUAN dari aktivitas perencanaan
fasilitas ini adalah
:
a. Mengoptimalkan material handling &
penyimpanan. Fasilitas produksi yang
direncanakan dengan baik, akan memudahkan
arus
lalu lintas material dari gudang ke tempat produksi, dari
satu departemen ke
departemen lainnya.
b. Menggunakan sumber daya secara optimal. Seringkali perusahaan dihadapkan
pada terbatasnya fasilitas produksi yang dimiliki, seperti terbatasnya lahan produksi, terbatasnya jumlah ruangan
dan mesin-mesin, dll.
Dengan perencanaan yang baik, kesulitas produksi akibat keterbatasan itu dapat
dikurangi.
c. Meminimalkan investasi. Dengan optimalnya perencanaan fasilitas
yang ada, maka berbagai pengeluaran dan investas dapat dikurangi. Sebagai
contoh, perusahaan tidak perlu lagi menambah lahan atau jumlah bangunan,
karena atau jumlah bangunan yang ada dapat dioptimalkan
d. Mempermudah pemeliharaan. Pemilihan dan penataan fasilitas
produksi yang baik tentunya akan memudahkan
pemeliharaan, seperti jarak antar mesin yang cukup baik, posisi mesin dan bangunan, dst.
e. Meningkatan
keselamatan & kepuasan kerja. Fasilitas produksi yang tertata rapi tentunya akan membawa dampak bagi keselamatan dan kepuasan kerja.
Sebagai contoh,
tersedianya ruang lapang
antar gedung, ventilasi udara
dan penerangan yang cukup akan
membuat pekerja merasa nyaman
dalam menjalankan aktivitas produksinya.
A. PERENCANAAN LOKASI USAHA
Perencanaan fasilitas yang pertama berkaitan dengan
perencanaan dan penentuan lokasi usaha. Perencanaan dan pertimbangan penentuan lokasi usaha untuk usaha baru dan
perluasan usaha, akan berbeda. Untuk perusahaan
yang baru pertama kali berdiri ,
tujuan
dari perencanaan lokasi adalah :
a. Agar dapat melayani konsumen dengan
baik. Tempat usaha yang strategis tentunya akan memudahkan perusahaan baru
mendapatkan dan
selanjutnya
mempertahankan konsumennya. Tempat usaha yang baik, mudah
ditemukan dan
dijangkau
tentu akan menarik bagi konsumen.
b. Untuk mendapatkan bahan baku yang baik &
kontinyu. Seringkali perusahaan harus memilih lokasi usaha
di daerah dimana bahan baku produksi
mudah diperoleh. Baik
untuk mengantisipasi mudah
rusaknya
bahan baku, ataupun kesulitas angkut
bahan baku tersebut. Contoh : Perusahaan pengalengan ikan, perusahaan minuman, dan sejenisnya.
c. Untuk
mendapatkan
tenaga kerja yang baik. Selain bahan
baku, pertimbangan lainnya adalah kemudahan
dalam mendapatkan sumber daya manusia yang akan
menjadi karyawan atau pekerja. Perusahaan padat
karya seperti perusahaan rokok,
perusahaan garmen, tentu akan memilih lokasi usaha yang padat penduduk guna mendapatkan SDM yang cukup.
d. Untuk keperluan usaha di kemudian hari. Antisipasi terhadap
berkembangnya perusahaan juga perlu diperhatikan. Jangan sampai perusahaan mengalami
kesulitan dalam memperluas usahanya dikarenakan tidak ada lagi lahan kosong di kiri, kanan, belakan, atau depan (sekitar) lokasi usaha saat
ini. Sempitnya lahan usaha dapat diantisipasi dengan merencanakan pondasi
untuk keperluan bangunan bertingkat, yang dapat ditambah, sewaktu-waktu dibutuhkan tambahan ruangan.
e. Agar operasi
perusahaan dapat
berjalan dengan optimal.
Semua alasan tersebut di atas dimaksudkan akan proses produksi lacar, tidak terganggu oleh masalah kekurangan bahan baku,
kekurangan
tenaga kerja, sampai dengan kesulitas menambah kapasitas produksi di kemudian hari.
f. Menyesuaikan
kemampuan
perusahaan. Aspek
lain yang tidak kalah
pentingnya adalah masalah kemampuan perusahaan saat
ini dan di kemudian hari. Penentuan lokasi usaha seringkali dipengaruhui juga
oleh tersedianya dana perusahaan. Lokasi yang diinginkan tidak selamanya sesuai
dengan dana yang tersedia, karena
lokasi usaha yang baik/strategis biasanya menuntut investasi yang besar/mahal juga.
Sedangkan bagi perusahaan yang telah beroperasi sebelumnya,
tujuan
atau alasan perencanaan lokasi adalah :
a. Berpindahnya pusat kegiatan bisnis. Seperti kita ketahui, bahwa pusat bisnis
merupakan salah satu pasar yang paling potensial bagai perusahaan. Di pusat
bisnislah banyak transaksi akan terjadi, dan di pusat
bisnislah peredaran uang sangat besar, sehingga perusahaan harus mengikuti di mana pusat bisnis itu berlangsung.
b. Berubahnya
adat
kebiasaan masyarakat. Seiring dengan waktu, seringkali diikuti dengan perubahan
adat atau kebiasaan masyarakat, tempat di
mana
perusahaan saat
ini beroperasi. Sebagai contoh, sebuah
lingkungan yang berangsur-angsur ditempati oleh masyarakat yang mayoritas muslim
misalnya, tentu akan mendorong pengusaha peternak atau restoran yang menyediakan
masakan dari binatang babi untuk memindahkan lokasi usahanya.
c. Berpindahnya konsentrasi perumahan. Selain perumahan masyarakat identik dengan tersedianya pasar, perumahan tersebut juga identik dengan semakin
menyempitnya lahan dan tuntutan-tuntutan
dari penghuni perumahan tersebut. Sebagai contoh, sebuah
peternakan ayam yang terletak ditengah-tengan sawah,
mungkin 10 tahun kemudian harus memindahkan usahanya karena tuntutan dari penduduk sekitar karena sawah
telah berubah menjadi perumahan padat dan keberadaan peternakan tersebut
dianggap mengganggu ?
Adilkah kalau peternakan yang harus mengalah dan
pindah lokasi ?
d. Adanya sarana prasarana yang lebih baik. Operasi perusahaan membutuhkan
sarana dan prasarana seperti akses jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi, dll.,
yang baik. Memburuknya sarana
prasarana tersebut di
lokasi usaha saat
ini
tentu akan mendorong
perusahaan untuk
mencari lokasi usaha yang lebih baik.
e. Untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pemindahan lokasi usaha juga sering dilakukan sebagai akibat dari berkembangnya usaha
perusahaan, sementara lokasi usahaan saat sudah tidak mampu lagi menampung aktivitas perusahaan. Untuk
menghindari terjadinya ‘opportunity cost’, perusahaan
kemudian mencari lokasi usaha
yang lebih layak untuk menampung perkembangan usaha yang terjadi.
f. Peraturan pemerintah. Salah satu faktor yang seringkali tidak dapat dihindari
adalah adanya peraturan pemerintah yang menghendaki perusahaan memindahkan
lokasi usahanya, karena misalnya alasan pelebaran jalan,
pembuatan jalur hijau, dan kebijakan penataan kota lainnya.
g. Persaingan yang ketat. Meskipun tidak semua usaha menghindari persaingan, namun
persaingan
yang
terlalu ketat
dan berat,
juga
sering menjadi
alasan
mengapa sebuah perusahaan memindahkan lokasi usahanya, guna mendapatkan
pasar yang lebih mudah (karena persaingannya belum ketat).
h. Sebab-sebab lain. Yang dimaksud di sini misalnya terjadinya bencana alam yang memaksa perusahaan memindahkan lokasi usahanya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan penentuan lokasi adalah:
1. Letak pasar. Faktor ini sangat penting, khususnya bagi perusahaan jasa (bank,
restoran, toko, jasa konsultan, dll) atau manufaktur (meskipun jarang jarang) yang memang memiliki karakteristik dekat dengan pasar. Coba perhatikan di dalam
kehidupan sehari-hari kita ? Benarkah perusahaan jasa yang umumnya didirikan di
tempat atau lokasi yang dekat dengan
pasar ?
2. Bahan baku. Berbeda dengan perusahaan jasa, perusahaan manufaktur umumnya didirikan di lokasi yang dekat
dengan bahan baku (Perusahaan pengolahan kayu,
miniman, makanan, dll). Dilihat
dari tingkat kebutuhan (necessity)
dan tingkat ketahanan rusak (perishability).
3. Tenaga kerja. Ketersediaan tenaga kerja juga menjadi faktor penting dalam
menentukan lokasi
usaha, terutama bagi perusahaan manufaktur yang umumnya banyak membutuhkan banyak tenaga kerja dalam proses produksinya. Tenaga
kerja digolongkan 2 kelompok: TK dg kemampuan tinggi (skilled worked) danTK dg kemampuan rendah (low skilled worker).
4. Masyarakat. Masyarakat
merupakan
faktor penting
dalam penentuan
lokasi
usaha mengingat keberadaan perusahaan disamping dapat memberi manfaat tapi juga bisa menimbulkan kerugian bagi masyarakat, di sekitar usaha khusunya. Oleh
karena itu penerimaan masyarakat
akan keberadaan perusahaan menjadi sangat penting. Sebagai contoh, perusahaan yang mempekerjakan masyarakat sekitar biasanya tidak mengalami masalah ini, namun
perusahaan yang mengolah
sampah atau limbah seringkali ditolak keberadaannya oleh masyarakat sekitar.
5. Peraturan
Pemerintah. Pemerintah selama ini telah menentukan mana kawasan
untuk pemukiman dan
mana untuk industri.
Dengan demikian perusahaan
tidak dapat atau akan mengalami kesulitas bila memilih lokasi yang bukan
untuk kawasan industri. Termasuk juga di
sini masalah ijin mendirikan bangunan,
ketinggian maksimal bangunan, pembauangan limbah, dan kebijakan pemerintah lainnya.
6. Listrik, air, telepon. Sarana pendukung ini tidak dapat diabaikan, karena hampir
setiap aktivitas perusahaan membutuhkan listrik, air, dan alat komunikasi.
7. Transportasi. Faktor ini juga penting, karena dengan transportasi ini bahan baku
didatangkan dan bahan jadi
akan dikirim. Terabaikannya masalah transportasi akan menimbulkan kesulitas produksi
(karena keterlambatan pengiriman bahan baku misalnya) dan
tersendatnya distribusi hasil produksi ke
pasar. Misalnya kereta
api, angkutan jalan raya, angkutan air, dan angkutan udara.
8. Sarana prasarana pendukung. Ketersediaan lahan parkir yang memadai, pembuangan limbah, keamanan, fasilitas kesehatan kerja,
merupakan faktor yang
juga tidakkalah pentingnya di dalam penentuan lokasi usaha.
METODE-METODE
PEMILIHAN LOKASI
Meskipun tidak semua perusahaan menyadari dan menggunakannya, beberapa
metode ilmiah yang biasanya dipergunakan untuk
perencanaan dan penentuan lokasi usaha diantaranyan adalah:
1. Metode Factor Rating
2. Metode Nilai Ideal
3. Metode Analisis Ekonomi
4. Metode Analisis Volume Biaya
5.
Metode Pusat Grafiti (Grid)
6. Metode Transportasi
1. Metode Factor Rating
Penentuan lokasi usaha dengan metode ini
dilakukan dengan beberapa langkah sebagai
berikut :
Pertama, menentukan dan
mengurutkan faktor-faktor
yang diperkirakan akan
mempengaruhi aktivitas perusahaan nantinya.
Kedua, setelah faktor-faktor tersebut
diberikan bobot sesuai dengan tingkat
kepentingannya. Semakin penting pengaruh
faktor tersebut pada
operasional perusahaan, semakin besar bobot
yang harus diberikan. Perlu diingat bahwa total bobot dari keseluruhan faktor haruslah
100%.
Ketiga,
tentukan
beberapa
lokasi
alternatif usaha, selanjutnya bandingkan
beberapa
alternatif lokasi tersebut dengan mengacu pada faktor
yang telah ditentukan sebelumnya Keempat, menganalisis kemungkinan dampak setiap faktor pada masing-masing lokasi
alternatif. Lokasi yang lebih baik kondisinya untuk setiap faktor akan diberikan nilai
yang lebih tinggi. Sebagai
contoh dalam tabel di bawah, untuk faktor pasar, ternyata
lokasi 1 lebih baik
dari lokasi 2, sehingga nilainya diberi lebih tinggi.
Kelima,
Setelah semua faktor dibandingkan dan semua lokasi memiliki nilai, kalikan
masing-masing nilai dalam setiap lokasi dengan
bobotnya, dan selanjutnya dijumlah ke
bawah. Lokasi yang memiliki nilai total tertinggi akan dipilih menjadi lokasi usaha
perusahaan.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penggunaan metode Factor Rating berikut ini :
Faktor
|
Bobot
|
Lokasi 1 (Bogor)
|
Lokasi 2 (Bekasi)
|
||
Nilai
|
B
x N
|
Nilai
|
B
x N
|
||
Pasar
|
25
|
100
|
25
|
80
|
20
|
Bahan baku
|
20
|
90
|
18
|
100
|
20
|
Tenaga kerja
|
20
|
100
|
20
|
90
|
18
|
Listrik, air
|
15
|
100
|
15
|
80
|
12
|
Telepon
|
10
|
60
|
6
|
100
|
10
|
Transportasi
|
5
|
80
|
4
|
100
|
5
|
Perluasan
|
5
|
100
|
5
|
100
|
5
|
Jumlah
|
100
|
93
|
90
|
Dari
contoh perhitungan di atas, lokasi 1
Bogor lebih baik, karena memiliki nilai total yang lebih
baik (nilai 93) dibanding dengan lokasi 2
(nilai 90).
2. Metode Analisis Nilai Ideal
Secara umum penggunaan metode ini mirip dengan metode 1,
hanya menggunakan
bobot untuk membedakan berbagai alternatif lokasi
yang akan dipilih. Lokasi dengan total jumlah bobot yang terbesarlah yang akan dipilih sebagai lokasi usaha.
Faktor
|
Nilai Ideal
|
Lokasi 1 Bogor
|
Lokasi 2 Bekasi
|
B
|
B
|
||
Pasar
|
25
|
25
|
20
|
Bahan baku
|
20
|
18
|
20
|
Tenaga kerja
|
20
|
20
|
18
|
Listrik, air
|
15
|
15
|
12
|
Telepon
|
10
|
6
|
10
|
Transportasi
|
5
|
4
|
5
|
Perluasan
|
5
|
5
|
5
|
Jumlah
|
100
|
93
|
90
|
Terlihat
bahwa cara ini memberikan hasil yang tidak berbeda dg metode factor rating dan
lebih simpel.
3. Metode Analisis Ekonomi
Sesuai
dengan namanya, dalam
menentukan lokasi
usaha, yang pertama metode ini akan membandingkan besaran beberapa
kompenen biaya untuk
setiap alternatif lokasi usaha.
Sebagai contoh, untuk masalah tenaga kerja, lokasi manakah yang memberikan perkiraan biaya paling murah, begitu pula
untuk komponen biaya lainnya. Lokasi yang memberikan total biaya paling kecil
akan dipilih sebagai olkasi usaha. Namun demikian tetap harus
mempertimbangkan jenis dan
karakteristik usaha masing-masing perusahaan. Bagi perusahaan rokok yang umumnya padat
karyawan, tentunya akan mencari lokasi yang komponen biaya tenaga
kerjanya paling murah, karena komponen inilah yang paling
penting. Sehingga bisa saja lokasi tersebut secara total biaya bukan yang paling murah,
namun tetap dipilih, karena pertimbangan tenaga kerja tersebut.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penggunakaan metode ini :
Faktor Biaya
|
Lokasi 1
|
L 2
|
L 3
|
L 4
|
B. Tenaga Kerja
|
380
|
397
|
422
|
452
|
B. Transportasi
|
98
|
90
|
88
|
72
|
B. Umum & Adm
|
37
|
27
|
33
|
32
|
B. Bahan Baku
|
17
|
12
|
11
|
18
|
Total
|
532
|
526
|
554
|
574
|
Apabila hanya memperhatikan total biaya yang diperlukan, maka lokasi 2-lah
yang
terpilih, namun sekali lagi, penentuan lokasi
yang dipilih, sangat
tergantung dari tipe produksi yang dilaksanakan dan
faktor apa yang menjadi prioritas tipe produksi tersebut.
Metode di atas biasanya dikombinasi dengan beberapa penilaian
secara
kualitatif
beberapa faktor berikut ini.
Faktor
Non Biaya
|
Lokasi 1
|
2
|
3
|
4
|
Sikap
Masyarakat
|
BS
|
BS
|
B
|
BS
|
Fasilitas Transport
|
BS
|
B
|
B
|
BS
|
Keamanan
|
KS
|
BS
|
BS
|
C
|
Serikat Buruh
|
B
|
B
|
BS
|
K
|
Fasilitas Perumahan
|
BS
|
B
|
BS
|
B
|
Fasilitas Kesehatan
|
B
|
BS
|
C
|
BS
|
Fasilitas Pendidikan
|
BS
|
BS
|
B
|
B
|
Sarana Sosial
|
C
|
BS
|
B
|
BS
|
Peraturan Daerah
|
BS
|
BS
|
BS
|
B
|
Sumber Air
|
K
|
B
|
BS
|
BS
|
BS
|
:
Baik Sekali (5)
|
C : Cukup (3)
|
KS : Kurang
Sekali (1)
|
B
|
: Baik (4)
|
K : Kurang
(2)
|
Dengan demikian,
bisa saja pilihan
lokasi
usaha
jatuh pada
alternatif lokasi yang
meskipun secara ekonomi bukan termurah, namun faktor kualitatifnya memiliki nilai yang bagus.
4. Metode Analisis Volume
Biaya
Metode
ini sangat tergantung dari
besar kecilnya volume produksi yang akan dihasilkan
yang secara ekonomi, akan berdampak pada biaya produksi
variabelnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini :
Lokasi
|
Bi. Tetap
|
Bi. Variabel
|
Total Biaya
|
1
|
320.000
|
15 (10.000 unit)
|
470.000
|
2
|
250.000
|
20 (10.000 unit)
|
450.000
|
3
|
200.000
|
30 (10.000 unit)
|
500.000
|
Bila hanya memperhatikan contoh pada
tabel di atas, di mana volume produksinya hanya 10.000 unit, maka lokasi terbaik untuk usaha adalah lokasi ke-2,
namun bila angka-angka
produksi tersebut digunakan untuk menggambar biaya produksi di masing-masing lokasi, maka keputusan penentuan lokasinya akan berbeda untuk
volume produksi
yang berbeda.
Perhatikan gambar berikut dengan cara
mengubah- ubah beberapa
alternatif volume produksi (dengan
biaya tetap dan variabel seperti terdapat di tabel atas, maka gambar biaya produksi untuk masing-masing alternatif lokasi usaha dapat
dibuat seperti terlihat pada gambar di atas.
Perhatikan, bahwa ketika volume produksi sebesar 0 sampai dengan
5000 (5), maka lokasi terbaik dan termurah adalah lokasi 3 (garis paling bawah). Selanjutnya, apabila
volume produksi perusahaan
mencapai
5000 hingga 14.000,
lokasi terbaik untuk
perusahaan adalah di lokasi 2, dan apabila volume produksi lebih dari 14.000,- maka
lokasi usaha terbaik adalah lokasi 1.
5.
Metode Pusat Grafiti (Grid)
Metode ini dipakai
untuk menentukan
lokasi usaha dengan memanfaatkan lokasi geografis dari pasar yang dimiliki. Langkah-langkah
umum yang diperlukan dalam penggunaan metode ini adalah :
Pertama, tentukan pasar-pasar yang akan dilayani dan tentukan nilai kebutuhan dari
masing-masing pasar tersebut
Kedua, cari koordinat pasar
yang akan dilayani tersebut di peta
geografis
Ketiga, masukkan data kebutuhan dan koordinat pasar tujuan tadi dalam formulasi di
bawah ini untuk mendapatkan koordinat lokasi usaha.
Formulasi Koordinat Lokasi Usaha
yang Optimal adalah :
Xi . Vi Yi .
Vi
X = ------------ Y = ---------------
Vi Vi
Dimana :
Vi : Kebutuhan Produk Di Suatu Lokasi
Xi
: Koordinat Suatu Tempat Pada Sumbu X Yi : Koordinat Suatu Tempat Pada Sumbu Y
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini : Misal, kebutuhan di kota A, B, C, D, adalah 20, 30, 15, dan 10 unit. Koordinat kota-kota tersebut :
Dari data dan peta di atas, dapat dihitung koordinat lokasi usaha yang sebaiknya dipilih, yakni :
Xi . Vi
|
10(20)
+ 18(30) +30(15) + 22(10)
|
||
X
|
=
-------------------
Vi
|
=
|
----------------------------------------------------- = 18.8o
20
+ 30 + 15 + 10
|
Yi . Vi 12(20)
+ 6(30) + 18(15) + 24(10)
Y = ------------------ =
----------------------------------------------------- = 12.4o
Vi 20
+ 30 + 15 + 10
Jadi
lokasi yang disarankan terletak di daerah dengan koordinat 18,8o dan
12,4o (tanda
bintang, dekat kota/pasar D).
6. Metode Transportasi
Metode ini menjelaskan
penentuan lokasi
usaha dengan
memanfaatkan alokasi
pengiriman yang paling optimal dari lokasi usaha yang akan didirikan, menuju pasar
yang akan dituju, dengan
bantuan metode transportasi. Seperti telah diketahui (perhatikan
bab
Transportasi pada
mata kuliah Riset Operasi
sebelumnya), dalam masalah transportasi, secara umum penyelesaian masalah dilakukan dengan dua tahap, yakni :
Tahap 1, dengan
penyelesaian awal, dimana metode yang dapat digunakan
adalah : Metode NWC
(North West Corner)
Metode LC (Least Cost)
Metode VAM (Vogel Aproximation Method)
Metode RAM (Russel Aproximation Method)
Tahap 2, Penyelesaian akhir, dengan metode : Stepping Stone
MODI (Modified Distribution)
Metode MODI
sebenarnya merupakan modifikasi dari
metode Stepping
Stone
yang sudah ada sebelumnya.
Namun demikian, langkah
kedua akan digunakan penuh apabila dalam langkah pertama
(penyelesaian awal),
masalahnya belum dapat dioptimalka.
Untuk mendapatkan gambaran dari masalah ini,
perhatikan contoh berikut ini.
Sebuah perusahaan saat ini beoperasi dengan 3 buah pabrik yang memiliki kapasitas
masing-masing sebagai berikut :
Pabrik
|
Kapsitas produksi tiap bulan
|
Pabrik 1
Pabrik 2
Pabrik 3
|
90 ton
60 ton
50 ton
|
Total
|
200 ton
|
Saat ini ada kebutuhan
dari
tiga kota
besar yang harus dipenuhi, dengan besaran permintaan masing-masing kota :
Kota
|
Kapsitas produksi tiap bulan
|
A B C
|
50 ton
110 ton
40 ton
|
Total
|
200 ton
|
Perhatikan !
bahwa antara kapasitas pabrik/sumber daya perusahaan dan
kebutuhan masing-masing kota
adalah sama, yakni
sebesar 200 ton.
Apabila
dijumpai kasus
semacam ini,
maka kasus yang sedang dihadapi adalah normal.
Perkiraan biaya transportasi dari setiap pabrik ke
masing-masing kota adalah :
Dari pabrik 1 ke kota A = 20 Dari pabrik
3 ke kota A = 25
Dari pabrik 1 ke kota B = 5 Dari pabrik 3 ke kota A = 10
Dari pabrik 1 ke kota C = 8 Dari pabrik 3 ke kota A = 19
Dari pabrik 2 ke kota A = 15
Dari pabrik 2 ke kota B = 20
Dari pabrik 2 ke kota C = 10
Pertanyaannya adalah
:
1.
Bagaimana distribusi sumber daya atau kapasitas perusahaan yang paling optimal,
guna memenuhi kebutuhan dari ketiga kota
besar tersebut ?
2. Berapakan
total
biaya optimal
yang harus
dikeluarkan perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan ketiga kota tersebut ?
Jawab :
Untuk menyelesaikan
masalah tersebut di atas dan apabila
dikaitkan dengan metode penyelesaian yang dapat digunakan, maka kemungkinan kombinasi metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
Alternatif
|
Kombinasi metode
yang
dapat digunakan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
NWC – Stepping Stone LC
– Stepping Stone VAM –
Stepping Stone Russel – Stepping Stone NWC
– MODI
LC – MODI
VAM – MODI
Russel – MODI
|
Penggunaan alternatif di atas hanya dapat digunakan apabila dalam penyelesaian awal,
hasil optimal belum ditemukan.
Dengan alternatif berapapun
( 1 s.d. 8), hasil optimal yang diperoleh adalah (Langkah-
langkah untuk mendapatkan hasil optimal ini, silahkan lihat catatan bab transportasi mata kuliah OR
sebelumnya), :
Ke- Dari
|
Kota A
|
Kota B
|
Kota C
|
Kapasitas
|
|||
Pabrik 1
|
20
|
5
|
8
|
90
|
|||
60
|
30
|
||||||
Pabrik 2
|
15
|
20
|
10
|
60
|
|||
50
|
10
|
||||||
Pabrik 3
|
25
|
10
|
19
|
50
|
|||
50
|
|||||||
Kebutuhan
|
50
|
110
|
40
|
200
|
Pengujian
|
||
Sel C11
|
= 20 – 8 + 10 – 15
|
= 7 (menjadi lebih mahal 7/ton)
|
Sel C22
|
= 20 – 5 + 8 – 10
|
= 13
(menjadi lebih mahal 13/ton)
|
Sel C31
|
= 25 – 15 + 10 – 8 + 5 - 10
|
= 7 (lebih mahal 7/ton)
|
Sel C33
|
= 19 – 10 + 5 – 8
|
= 6 (menjadi lebih mahal
6/ton)
|
Dari
hasil pengujian tersebut, ternyata semua sel sudah tidak ada yang bernilai negatif lagi, atau dengan kata lain semua sel sudah tidak dapat memberikan penurunan
biaya
lagi, sehingga dengan
demikian dapat dikatakan kasus telah optimal, dengan total biaya :
Biaya mengirim 60 ton
dari P1 ke kota B
|
= 60 x 5
|
=
|
300
|
Biaya mengirim 30 ton
dari P1 ke kota C
|
= 30 x 8
|
=
|
240
|
Biaya mengirim 50 ton
dari P2 ke kota A
|
= 50 x 15
|
=
|
750
|
Biaya mengirim 10 ton
dari P2 ke kota C
|
= 10 x 10
|
=
|
100
|
Biaya mengirim 50 ton
dari P3 ke kota B
|
= 50 x 10
|
=
|
500
|
--------- +
Total biaya
pengirimannya
= 1890
Dengan hasil optimal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
untuk dapat melayani 3
pasar yang ada
dengan baik, maka lokasi usaha (dalam hal ini pabrik) sebaiknya
ditentukan dengan ketentuan :
Pabrik 1 akan didirikan di lokasi yang mendekati kota/pasar B dan C, dan cenderung mendekati kota B, karena pabrik 1 hanya akan melayani kedua kota tersebut, serta pengiriman ke kota B cenderung lebih besar
jumlahnya.
Pabrik 2 akan didirikan di dekat kota/pasra A
dan C, dan cederung mendekati kota A, karena
pabrik 2 hanya akan melayani kedua kota tersebut, serta pengiriman ke kota A cenderung lebih besar jumlahnya
Pabrik 3 akan didirikan
didekat kota
B,
karena
pabrik 3
tersebut hanya
melayani kota/pasar B saja.
PERENCANAAN TATA LETAK (LAY OUT)
Beberapa hal yang
dapat membantu
dalam perencanaan Lay Out:
a. Atap
cukup tinggi, hal ini akan
memudahkan perusahaan
di dalam mengatur penerangan dan sirkulasi udara.
b. Gang-gang cukup lebar, akan meudahkan arus barang
dan manusia, dan juga
memudahkan perawatan fasilitas perusahaan
c. Daya tahan lantai & bangunan, sangat berguna apabila perusahaan memilih bangunan berlantai lebih dari
satu (bangunan
bertingkat).Penting juga
bila perusahaan menggunakan mesin atau
fasilitas lain yang berat
d. Dudukan
mesin yang fleksibel, penting untuk memudahkan
perawatan dan pergantian mesin misalnya
e. Fleksibel untuk kondisi ‘Emergency’, Dll
Tujuan Perencanaan Tata Letak:
1. Pemanfaatan fasilitas & peralatan dengan optimal, terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki lahan atau bangunan yang luas
2. Aliran manusia & material menjadi lancar
3. Pemakaian ruang dengan efisien, dalam arti memudahkan pergerakan bahan dan manusia
4. Memberi ruang gerak yang cukup, untuk kelancaran dan kenyamanan operasional
perusahaan
5. Biaya investasi & produksi yang rendah,
6. Fleksibilitas untuk
perubahan
7. Keselamatan kerja
8. Suasana
kerja yang baik
9. Penggunaan
tenaga kerja & persediaan yang efisien
Jenis-jenis Bangunan yang dapat dipilih:
a.
Bangunan Berlantai Tunggal
Keunggulan:
1. Fleksibel / Lebih mudah diperluas, karena tidak tergantung pondasi bangunan misalnya
2. Pergerakan material &
manusia lebih
murah dan
mudah, karena tidak
perlu naik turun tangga/lift
3.
Cocok untuk peralatan-peralatan
berat, dalam arti
memudahkan
pemasangan dan operasional
kerja,
serta dapat mengurangi beban bangunan
4. Cocok untuk produksi masa, karena untuk produksi
ini
umumnya
menggunakan seragkaian mesin dan roda berjalan yang saling berkaitan dan
membutuhkan ruangan yang luas
5. Pengawasan lebih mudah
Kelemahan:
1. Perlu lahan
yang luas
2. Penerangan
harus cukup
3. Ventilasi / AC harus
cukup
4. Sisi artistik atau estetika yang kurang
b. Bangunan
Bertingkat
Kebaikan:
1. Tidak terlalu memerlukan lahan yang luas karena perluasan
tempat usaha
dapat dilakukan dengan menambah lantai
2. Lebih cocok untuk
perusahaan jasa, karena
perusahaan jasa umumnya
tidak banyak membutuhkan mesin-mesin dan lebih mengutamakan pelayanan
3. Bangunan lebih menarik untuk
konsumen, motivasi karyawan, dll
Kelemahan:
1. Investasi Bangunan cukup tinggi / mahal, karena memerlukan pondasi yang lebih baik dan
material yang cenderung lebih mahal (untuk tangga
dan lift
misalnya)
2. Sulit diperluas, karena sangat tergantung kekuatan pondasi dan juga
peraturan pemerintah
3. Penanganan
material lebih sulit, karena
pergerakan bahan menuntut naik dan turun lantai, sehingga tidak mungkin menggunakan roda berjalan, hanya
mengandalkan lift saja
4. Penerangan
alam berkurang, karena terhalang oleh lantai-lantai di atasnya
5. Pengawasan cukup
sulit, dalam arti membutuhkan pengawasan untuk tiap
lantainya
6. Masalah keamanan, karena semakin tinggi bangunan
masalah keamanan dan keselamatan yang muncul juga akan semakin besar
c. Tipe Bangunan
Lainnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1.
Biaya lahan & bangunan
2. Sarana & prasarana pendukung (komunikasi, k. mandi)
3. Keamanan
5. Karakteristik produk & perubahannya
6. Material handling
Jenis-jenis Tata
Letak :
Dalam merencanakan tata letak, perusahaan dapat memilih beberapa
tipe tata letak seperti berikut ini, tentunya dengan tidak mengesampikan tipe dan karakteristik aktivitas dan operasional perusahaan masing-masing. Dengan kata lain, tipe tata letak yang cocok dan
tetap bagi sebuah
perusahaan, belum tentu cocok
dan tepat bagi perusahaan lainnya.
1. Tata letak proses / tata
letak fungsional
Penyusunan tata letak dimana
alat yang sejenis
atau memiliki fungsi
yang
sama
ditempatkan pada bagian yang sama
contoh: - Perusahaan pembuat roti
- Perusahaan mebel
- Bengkel
Ilustrasi Layout
Proses / Fungsional
Output
Input
A A B
B C C D D
A A B B
C C D D
Keterangan :
A : Ruangan
dengan kumpulan alat ukur
B : Ruangan
dengan kumpulan alat penghalus
C : Kumpulan alat pengecatan
D : Kumpulan alat pemotong
Keuntungannya:
a. Mesin serba
guna,
misalnya
sebuah alat
potong
dapat digunakan
untuk memotong berbagi produk dengan desain yang berbeda, sehingga investasi rendah
b.
Fleksibilitas produk
tinggi, artinya dengan peralatan yang tersedia, perusahaan dapat membuat berbagai macam produk
yang berbeda
satu sama lainnya.
c. Spesialisasi mesin & karyawan tinggi
d. Memperkecil terhentinya produksi karena
merusak salah
satu mesin
Kekurangannya:
a.
Karena proses & produknya beragam, pengendalian material menjadi lebih sulit
b. Pengawasan lebih sulit
c.
Meningkatnya persediaan dalam proses d.
Total waktu produksi / unit lebih lama
e. Memerlukan keterampilan yang lebih tinggi dan penjadwalan lebih sulit
2. Tata Letak (Layout) Produk
Tata letak ini Untuk
proses produksi standar & masal.
I
A B C D E
N
O
P A B D E U T
U P U
A E
T T
Contoh perusahaan yang menggunakan tata letak produk ini adalah :
a.
Perusahaan mie instan b.
Perusahaan pemintalan c.
Perusahaan surat kabar d.
Perusahaan semen
e. Perusahaan minuman, dll.
Keuntungannya:
a.
Aliran & pengendalian material lebih mudah & langsung b.
Pengawasan lebih mudah
c. Persediaan produk
dalam proses rendah
d.
Tidak memerlukan keterampilan yang tinggi
e. Waktu proses / unit lebih cepat
f.
Dapat menggunakan mesin otomatis & ban
berjalan g. Penjadwalan lebih mudah
Kekurangan / kelemahan:
a. Proses produk
dapat terganggu jika salah satu
mesin rusak
b. Produk tidak fleksibel terhadap
perubahan
c. Bersifat monoton jadi membosankan
3. Layout Kelompok
Output
Input
A D A
D A D
B C B C B C
Contoh: Universitas,
Tempat hiburan
Kebaikan:
a. Pengawasan lebih mudah
b.
Posisi produk yang berbeda mudah diketahui c.
Penjadwalan
lebih mudah
d. Pengendalian material lebih mudah
Kelemahan :
a. Investasi tinggi
b. Butuh keterampilan yang tinggi
c. Bisa menimbulkan persaingan yang tidak sehat
4. Layout Posisi Tetap
Jika dalam lay out-layout lain, produk yang bergerak sesuai tahapan produksinya, maka
pada tata letak jenis ini, justru produk tidak bergerak,
bahan baku dan alat produksi-lah
yang mendatangi produk.
A Input A
A Produk A
A A A
Contoh: Bengkel
Industri pesawat, kapal, kereta, dll
Sebab dari perusahaan memilih tata letak ini diantaranya adalah :
a.
Karakteristik produk yang tak bisa
dipindahkan
b. Risiko pemindahan
c. Perlu ketelitian
Kebaikannya:
a.
Gerakan material minim, pengawasan mudah b.
Kesempurnaan produk lebih terjamin
Kekurangannya:
a.
Butuh keterampilan yang tinggi b.
Waktu proses / unit lama
c. Memerlukan ruang yang luas
Metode-metode Dalam Perencanaan Layout
A. Untuk
Usaha
dengan Layout Produk/Garis
Dalam merencanakan tata letak dengan proses Produk/Garis, pilihan metode yang dapat digunakan antara lain adalah :
1. Metode Diagram string
Gudang bahan
baku
Pemotongan Mesin Obras
Mesin Jahit
Buat lubang &
pasang kancing
Setrika
Pembungkusan Gudang bhn jadi
Penetaan layout di atas tidak optimal, mengapa ?
Sehingga perlu dilakukan perubahan menjadi seperti berikut ini.
Gudang bahan
baku
Pemotongan Mesin Obras Mesin Jahit
Gudang bahan
jadi
Pembungkusan Setrika Buat lubang
&
pasang kancing
2. Metode Line
Balancing
Untuk mendapatkan kejelasan
dari metode ini, perhatikan contoh berikut :
Suatu perusahaan menghasilkan barang melalui suatu departemen
perakitan. Hasil
produksi setiap jamnya 10 unit per jam. Data-data
lainnya adalah :
Elemen kerja
|
Waktu ( menit )
|
Elemen
kerja prasyarat yang mendahuluinya
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
|
3,2
0,8
3,0
3,0
1,6
1,2
1,8
3,0
2,8
2,8
0,8
2,0
1,6
|
-
1
2
1
1
5
2
3
4
6 dan 7
8
10
9, 11, dan 12
|
Jumlah
|
27,6
|
Langkah 1
Mencari pekerjaan,
dan mendata elemen-elemen kerja yang ada
( lihat tabel di atas )
dan
Mencari waktu setiap elemen kerja
( lihat tabel di atas )
Langkah 2
Menyusun precedence diagram 4 9
1 5 6
2 7 1 1 1
3
8 1
Langkah 3
Menghitung cyrcle time (
c ) yakni waktu
maksimum mengerjakan satu unit produk di suatu work
station )
c = (
1/r
)3.600 sekon = (
1/10 )3.600 sekon
= 350 detik
= 6 menit
Langkah 4
Menghitung jumlah work station
TM ( theoritical minimum ) = n = t/c
= 27,6 menit / 6
menit
= 4,6 dibulatkan 5
stations
Langkah 5
Mencari alternatif alternatif anggota stations
Station
|
Alternatif
|
Elemen kerja
terpilih
|
waktu
|
Waktu komulatif
|
Idle
|
S1
S2
S3
S3
S5
|
1, 5, 6
1, 2, 3
1, 2, 7
2, 7, 10
2, 7, 3
4, 9
8, 10, 11
10, 12
8, 11, 13
|
1
5
6
2
7
3
4
9
10
12
8
11
13
|
3.2
1.6
1.2
0.8
1.8
3.0
3.0
2.8
1.8
2.0
3.0
0.8
1.6
|
3.2
4.8
6.0
0.8
2.6
5.6
3.0
5.8
2.8
4.8
3.0
3.8
5.4
|
2.8
1.2
0
5.2
3.4
0.4
3.0
0.2
3.2
1.2
3.0
2.2
0.6
|
Langkah 6
Menghitung waktu
komulatif setiap alternatif ( lihat tabel )
Langkah 7
Menentukan pilihan wark stations, yang waktu komulatifnya tidak melebihi cyrcle time
dan paling mendekati cyrcle time. (
lihat tabel )
4 9
1 5 6
2 7 1 1 1
3 8 1
Langkah 8
Menghitung tingkat
pengangguran dan tingkat
efisiensi
Jumlah pengangguran komulatif tiap station (
i ) = 0 + 0.4 + 0.2 + 1.2
+ 0.6 = 2,4 menit
Tingkat pengangguran
|
= i / ( n.c ). 100 % = 2,4 / ( 5 x 6). 100
%
|
= 8 %
|
Tingkat efisiensi
|
= t / ( n.c ). 100 % = 27,6 / ( 5 x 6 ) .
100 %
|
= 92 %
|
Jadi, dengan cara ini
operasional perusahaan 92 % telah dilakukan secara efisien.
Semakin
besar % efisiensi yang dicapai, semakin optimal perusahaan tersebut.
PERENCANAAN MATERIAL HANDLING
Salah satu alatnya: BEP (Break Even Point)
Model dasarnya:
Rp
Total Pendapatan
Laba Total Biaya
Rugi
BEP
} Biaya Variabel
} Biaya Tetap
Volume
Notasi-notasi dalam BEP:
BEP (rp)
: BEP dalam rupiah
BEP (x) : BEP dalam unit
x : Jumlah unit yang terjual
F : Total biaya tetap
v : Biaya variabel per unit
P : Harga jual netto per unit
TR: Total Revenue (Pendapatan total)
TC:
Total biaya
: Laba / keuntungan
t : Pajak keuntungan
BEP dalam unit BEP dalam rupiah
TR = TC
BEP
(x) = F
P.x = F + v.x
P - v
P.x – v.x = F
BEP
(x).P = F . P ( P – v )x = F
P -
v
BEP (x) =
F
BEP (rp)
= F
(P-v)
1- v/P
Contoh:
Sebuah perusahaan memiliki
biaya tetap Rp. 1.000.000. Saat ini biaya tenaga
kerja
langsungnya Rp. 1.500/unit biaya material Rp. 500/unit. Apabila harga jual produk Rp.
4.000/unit, tentukanlah:
a. Titik Break Even
b. Apabila keuntungan ditargetkan Rp. 560.000 berapa unit harus dijual?
c. Bila
keuntungan tersebut dikenakan
pajak 30%, berapa unit terjual,
agar
keuntungan tetap sebesar
Rp. 560.000,-?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar