Rabu, 13 Desember 2017

MAKALAH KULTUR ORGANISASI



MAKALAH
KULTUR ORGANISASI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1.     Parida                                 216.01.0022
2.     Firmansyah                         216.01.0032
3.     Rita Melati                         216.01.0006
4.     Aman                                 216.01.0008
5.     Phoby Syndy                       216.01.0087
6.     Reimondo                           216.01.0018


Dosen Pengasuh :
Irma Idayati, SE., M.Si

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSI RAWAS
(STIE-MURA)
2017
KATA PENGANTAR


Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan beliau kita dapat menikmati pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Kultur Organisasi” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Namun kami tetap berharap agar kehadiran makalah ini tetap memberikan manfaat kepada kita semua. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan pemakalah minta maaf jika terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun,   













DAFTAR ISI


Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................. 2
C.     Manfaat ............................................................................................ 2
D.    Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
            BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kultur Organisasi............................................................ 3
B.     Proses Pembentukan Kultur Organisasi............................................ 5
C.     Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya............................................ 6
D.    Upaya-upaya Untuk Mewujudkan Kultur Organisasi...................... 8
E.     Analisa ............................................................................................. 10
BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan....................................................................................... 12
B.     Saran ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14




BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Terjadinya akselerasi perubahan pada era Globalisasi ini, setidaknya mampu membuka mata untuk melihat fenomena kemandegan dunia pendidikan secara umum dan pendidikan islam pada khususnya dalam rangka mengantarkan dan membentuk manusia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Pendidikan islam dilakukan untuk membentuk insan yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani, Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasioanal. Pendidikan juga merupakan suatu jalan atau cara yang mengantarkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Bahkan pendidikan menjadi sebuah kewajiban yang harus dijalani manusia dalam kehidupannya.
Tantangan pendidikan Islam yang perlu dicarikan alternative jalannya adalah persoalan metode, mengingat dalam proses pendidikan Islam. Metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan sekali untuk mencapai tujuan pendidikan. Bahwa esensi pendidikan agama Islam terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa dan dapat tampil sebagai Khalifatullah fil Ard. Esensi ini menjadi acuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal.
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional haruslah dikelola dengan tepat agar sebagai subsistem dari pembangunan nasional, tujuan SISDIKNAS seperti yang diminta dalam pasal 4 UU no 2 Tahun 1989 dapat tercapai secara efisien dan efektif.
Dari uraian diatas terlihat dengan jelas bahwa pemikiran muslim tentang pendidikan islam tidaklah monotelik. Setiap pemikir memiliki kecenderungan pemikiran yang khas dengan setting sosial-kultural pemikir yang bersangkutan.  lembaga pendidikan harus dapat mencetak “leader-leader” yang tangguh dan berkualitas. “Leader–leader” pada masa yang akan datang harus dapat mengubah pola pikir untuk menyelesaikan sesuatu dengan kekuatan manusia (manpower) menjadi pola pikir kekuatan otak (mindpower). Konsep pendidikan juga harus dapat menghasilkan out put lembaga pendidikan yang dapat menciptakan “corporate culture”, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan norma–norma yang berlaku masa itu dan pada gilirannya tumbuh kreativitas dan inisiatif, sehingga munculah peluang baru (new opportunity). Out put pendidikan dimasa datang juga diharapkan dapat memandang manusia bukan sebagai pekerja tetapi sebagai mitra kerja dengan keunggulan yang berbeda. Dengan demikian, seorang leader yang keluar dari persaingan global, harus dapat memandang manusia sebagai manusia, bukan pekerja.

B.        Rumusan Masalah
1.            Apa pengertian Kultur Organisasi itu?
2.            Bagaimana proses pembentukan kultur organisasi?
3.            Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kuktur Organisasi?
4.            Bagaimana upaya-upaya untuk mewujudkan kultur organisasi?

C.        Manfaat
Dengan adanya pembahasan makalah ini kami berharap dapat memberi pencerahan terhadap para mahasiswa agar memahami Tentang Kultur Organisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

D.        Tujuan Penulisan
Ø  Untuk mengerti dan mengetahui arti kultur Organisasi secara bahasa maupun istilah
Ø  Untuk mengetahuia factor-faktor yang mempengaruhinya


BAB II
PEMBAHASAN


A.           PENGERTIAN KULTUR ORGANISASI
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, budaya (culture) diartikan sebagai : pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi (tradition). Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai idea-idea umum, sikap dan kebiasaan dari masyarakat yang nampak dalam perilaku sehari-hari yang menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tertentu.
Edward B. Tylor mengatakan bahwa budaya adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kata organisasi berasal dari bahasa inggris, organization yang berarti organisasi atau hal yang mengatur. Dalam kamus bahasa Indonesia organisasi merupakan susunan atau aturan dan berbagai bagian sehingga merupakan satu kesatuan yang teratur.
Istilah organisasi memiliki dua arti secara umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan dan badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara apra anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Sedangkan pengertian organisasi menurut para pakar ilmu adalah :
1.            Menurut Oliver Sheldon
Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok harus melakukantugas-tugas, sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematis, positif, dan terorganisasi dari usaha yang tersedia.
2.            Menurut Schein
Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.
3.            Menurut Kohler
Organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi kultur organisasi ialah suatu kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat yang memiliki aturan-aturan atau susunan dan berbagai bagian sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Dari sini dapat dipahami bahwa kultur organisasi terdapat 3 komponen yang harus da dalam suatu lembaga atau organisasi agar organisasi menjadi lebih baik, yakni : kelompok orang, kerja sama yang harmonis dan pembagian hak, kewajiban dan tanggung jawab. Adapaun Prinsip-prinsip Kultur organisasi yang harus dimiliki dalam suatu lembaga atau kelompok adalah:
1.            Perumusan tujuan
Tujuan organisasi harus jelas dan diketahui oleh seluruh elemen yang terkait dalam organisasi itu. Dengan tujuan tertentu, aktivitas-aktivitas yang dilakukan dengan mengarah pada tujuan yang telah dirumuskan.
2.            Pembagian kerja
Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, perlu adanya pembagian tugas yang jelas. Tanpa pembagian tugas yang jelas, akan terjadi tumpang tindih pekerjaan dan dari sini akan terjadi pemborosan.
3.            Pembagian wewenang
Dengan kekuasaan yang jelas pada masing-masing orang/kelompok dalam suatu organisasi maka dapat dihindarkan terjadinya benturan kepentingan dan tindakan. Hal ini dimungkinkan karena setiap orang akan mengetahuia batas-batas wewenang untuk bertindak.
4.            Kesatuan komando
Dalam sistem organisasi yang baik harus ada kesatuan komando/perintah agar tidak terjadi kebingungan di tingkat pelaksana. Oleh karena itu, sistem organisasi perlu dihindarkan adanya dualism pengaruh dan kekuasaan dalam berbagai tingkat manajerial, baik manjerial puncak, manajerial menengah maupun manajerial lini.
5.            Koordinasi
Koordinasi merupakan suatu proses pengintegrasian tujuan pada satuan-satuan yang terpisah dalam suatu lembaga untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Koordinasi ini sangat penting bagi suatu lembaga untuk menyatukan langkah, mengurangi benturan tugas dan mengurangi timbulnya konflik.

B.            PROSES PEMBENTUKAN KULTUR ORGANISASI
Munculnya gagasan-gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam dalam suatu budaya dalam organisasi bisa bermula  dari mana pun, dari perorangan atau kelompok, dari tingkat bawah atau puncak. Taliziduhu Ndraha (1997) menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya :
(1)        pendiri organisasi;
(2)        pemilik organisasi;
(3)        Sumber daya manusia asing;
(4)        luar organisasi;
(5)        orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake holder);
(6)        masyarakat

Selanjutnya dikemukakan  pula bahwa proses budaya dapat terjadi dengan cara: (1) kontak budaya; (2)  benturan budaya; dan (3)  penggalian budaya. Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi.
Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang “baik” atau “buruk”,  yang ada hanyalah budaya yang “cocok” atau “tidak cocok” . Jika dalam suatu organisasi memiliki budaya yang cocok, maka manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai- yang ada dan perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi kesalahan dalam memberikan asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin diperlukan.
Karena budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun melalui sejumlah proses belajar yang   telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk diubah. Kebiasaan lama akan sulit dihilangkan

C.           FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya sendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai- nilai, persepsi, kebiasaan, kebijakan pendidikan dan perilaku orang yang ada didalamnya. Sebagai suatu organisasi, sekolah s kekhasan sesuai dengan cure bisnis yang dijalankan yaitu pembelajaran. Budaya sekolah seharusnya menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan tuntunan pembelajaran yaitu menumbuh kembangkan peserta didik sesuai dengan prinsip- prinsip kemanusiaan. Budaya sekolah harus disadari oleh seluruh konstituen sebagai asumsi dasar yang dapat membuat sekolah tersebut memiliki citra yang membanggakan stakeholders. Oleh sebab itu, semua individu memiliki posisi yang sama untuk mengangkat citra melalui performance yang merujuk pada budaya sekolah yang efektif.
Pembentukan dan Manajemen Budaya sekolah yang Efektif, Pada awal kemunculanya, budaya organisasi mengacu pada visi pendirinya yang dipengaruhi oleh cita- cita internal dan tuntutan eksternal yang meliputinya. Pada hakekatnya suatu budaya adalah sebuah fenomena kelompok. Oleh sebab itu, dalam menelaah proses terbentuknya budaya organisasi tidak dapat lepas dari proses kelompok. Selain itu, proses kemunculan budaya organisasi memakan waktu yang cukup lama yang pada umumnya melibatkan seorang tokoh yang mengintroduksikan visi dan misi kepda stafnya, yang kemudian dijadikan sebagai acuan anggota kelompok. 
Disamping itu pengelolaan kultur organisasi perlu diketahui faktor yang mempengaruhinya yaitu
1.            Komunikasi
Komuniaksi merupakan proses pengintegrasian tujuan terhadap anggota-anggota yang lainnya. Komunikasi ini sangat penting sekali untuk menyatukan dalam sebuah organisasi, karena dengan adanya komunikasi diharapkan terjadi saling mengisi secara yang baik dan lancar yang akan mengurangi timbulnya konflik yang terjadi secara internal.
2.            Motifasi
Dalam suatu lembaga harus memiliki motivasi yang sangat kuat untuk mencapai lembaga yang maju. Dan motivasi ini harus mampu mendorong anggota organisasi agar lebih kerja keras dalam lembaga. Jangan sampai suatu organisasi tidak memiliki motivasi yang dibutuhkan dalam lembaga.
3.            Karakteristik organisasi
Karakter merupakan watak atau sifat yang ada dialam suatu organisasi. Karakter sangat berpengaruh untuk kemajuan dan perkembangan dalam suatu organisasi. Karakter dalam suatu organisasi tidak boleh individual, karena dalam suatu organisasi harus memiliki sifat yang memasyarakat antar anggota.
4.            proses administrasi
proses administrasi ini behubungan dengan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan perkerjaan dalam suatu kesatuan yang harmonis. Pada saat setiap orang dan setiap bagian melaksanakan pekerjaan, kemungkinan timbul konflik diantara anggota, dan mekanisme administrasi ini untuk mengkoordinasikan memungkinkan setiap anggota organisasi untuk tetap bekerja secara efektif.
5.            struktur oeganisasi
sturktur organisasi sebagai pola hubungan komponen atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan sistem formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan kelompok agar tercapai tujuan. Pada struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan tasan dan bawa han, kelompok, komponen atau bagian, tingkat manajemen dan saluran komunikasi.
6.            gaya manajemen
melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan mneingkatkan manajemen. Gaya untuk mengatur dalam suatu organisasi harus menarik dan mampu membuat anggota agar bias bekerja dengan baik dan benar. Gaya menajemn yang baik dan menarik akan menghasilkan potensi atau hasil yang sangat memuaskan untuk suatu organisasi, namun jika manajemen suatu organisasi rusak, maka organsisasi itu juga akan mengalami kerusakan dan tidak akan mencapai target atau tujuan yang diinginkan.

D.           UPAYA UPAYA UNTUK MEUWUJUDKAN KULKTUR ORGANISASI
Pembentukan dan pengelolaan budaya organisasi adalah suatu hal yang mutlak untuk memperoleh budaya organisasi yang kental. Membentuk budaya organisasi merupakan tanggung jawab pimpinan yang realisasinya merupakan tanggung jawab seluruh personel sekolah. Pimpinan perlu memahami cara pembentukan dan pengelolaan budaya organisasi. Budaya organisasi bisa terbentuk dengan tiga cara yaitu:
1.      Seleksi, sejak awal sudah ditekankan bahwa hanya pegawai yang memenuhi kriteria organisasi yang diterima.
2.      Manajemen puncak, pimpinan menjadi pendorong kuat bagi tumbuhnya perilaku bawahan.
3.      Sisoalisasi, penanaman norma- norma yang ditetapkan organisasi dapat dilakukan dengan cara membicarakan dalam rapat- rapat, pertemuan atau bahkan dengan media khusus.

Untuk mewujudkan organisasi yang efektif, perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan. Adapaun langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu :
1.      Organisasi tersebut harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas yang diarahkan pada upaya mewujudkan cita-cita atau tujuan yang diharapkan
2.      Organisasi tersebut harus dipimpin oleh orang yang memiliki visi, capability, loby dan morality. Visi berkaitan dengan gagasan, cita-cita dan imajinasi yang terus mengalir. Adapun capability berkaitan dengan kesanggupan untuk mewujudkan cita-cita dan visi tersebut. Sementara loby terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak yang memungkinkan dapat diakses untuk mencapai tujuan. Selanjutnya morality berkaitan dengan akhlak yang mulia seperti keihlasan dalam bekerja, jujur, amanah, sabar, pemaaf, toleransi dan sebagainya.
3.      Organisasi tersebut harus memiliki sumber ekonomi yang dihasilkan melalui berbagai usaha. Untuk ini kelompok yang berada dalam pengelolaan sarana dapat dilihat sebagai market.
4.      Organisasi tersebut harus mampu membaca peluang yang memungkinkan dapat dilakukan berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh kelompok
5.      Organisasi tersebut harus didukung oleh sarana dan prasarana pendukung yang baik. Dalam hal ini teknologi yang canggih dalam bidang komunikasi, informasi dan pengelolaan data seperti telepon, computer, fakximile dan sebagainya yang harus digunakan
6.      Organisasi tersebut harus memperoleh legimitasi dan masyarakat dengan cara menciptakan berbagai kegaitan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Adapun Kultur organisasi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
1.      Budaya mempunyai suatu peran menempatkan tapal batas; artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan jangkauannya.
2.      Budaya membawa satu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3.      Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan-kepentingan dari individual seseorang.
4.      Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem social. Budaya merupakan perekat social yang membantu mempersatuakan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota.
5.      Akhirnya budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memadu dan membentuk sikap serta perilaku anggaotanya.

E.            ANALISIS
     Dalam budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai dan keyakinan yang sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya berbagi nilai dan keyakinan yang sama melalui pakaian seragam.  Namun menerima  dan memakai seragam saja tidaklah cukup. Pemakaian seragam haruslah membawa rasa bangga, menjadi alat kontrol dan membentuk citra organisasi. Dengan demikian, nilai pakaian seragam tertanam menjadi basic.
     Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang “baik” atau   “buruk”,  yang ada hanyalah budaya yang “cocok” atau “tidak cocok” . Jika dalam suatu organisasi memiliki budaya yang cocok, maka manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai- yang ada dan perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi kesalahan dalam memberikan asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin diperlukan.
     Budaya yang strategis cocok  secara eksplisit menyatakan bahwa arah budaya harus menyelaraskan dan memotivasi anggota, jika ingin meningkatkan kinerja organisasi. Konsep utama yang digunakan di sini adalah “kecocokan”. Jadi, sebuah budaya dianggap baik apabila cocok dengan konteksnya. Adapun yang dimaksud dengan konteks bisa berupa kondisi obyektif dari organisasinya atau strategi usahanya.
     Karena budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun melalui sejumlah proses belajar yang   telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk diubah. Kebiasaan lama akan sulit dihilangkan penerapan konsep budaya organisasi di sekolah sebenarnya  tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi lainnya. Kalaupun terdapat perbedaan mungkin hanya terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakateristik dari para pendukungnya.
     Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang  memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para siswanya. Nilai-nilai yang mungkin dikembangkan di sekolah tentunya sangat beragam



BAB III
KESIMPULAN


A.        Kesimpulan
Kultur organisasi ialah suatu kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat yang memiliki aturan-aturan atau susunan dan berbagai bagian sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Disamping itu pengelolaan kultur organisasi perlu diketahui faktor yang mempengaruhinya yaitu Komunikasi, Motifasi, Karakteristik organisasi, proses administrasi struktur oeganisasi dan gaya manajemen. Adapun fungsi dari kultur organisasi ialah Budaya mempunyai suatu peran menempatkan tapal batas; artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan jangkauannya, Budaya membawa satu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi, Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan-kepentingan dari individual seseorang., Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem social. Budaya merupakan perekat social yang membantu mempersatuakan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota dan Akhirnya budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memadu dan membentuk sikap serta perilaku anggaotanya.
Upaya untuk mengembangkan budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan tugas kepala sekolah selaku leader dan manajer di sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah hendaknya mampu melihat lingkungan sekolahnya secara holistik, sehingga diperoleh kerangka kerja yang lebih luas guna memahami  masalah-masalah yang sulit dan hubungan-hubungan yang kompleks di sekolahnya. Melalui pendalaman pemahamannya tentang budaya organisasi di sekolah, maka ia akan lebih baik lagi dalam memberikan penajaman tentang nilai, keyakinan dan sikap yang penting guna meningkatkan stabilitas dan pemeliharaan lingkungan belajarnya.

B.         Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makala ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami sebagai penulis makalah ini mengahrapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah ke depannya.






















DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Balai Pustaka, 1991
Fattah, Dr. Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Rosadakarya,2001 cet,5,
Indrafachrudi, Soekarto, Bagaimana Mengakrabkan Sekolah dengan Orang Tua Murid dan Masyarakat. Malang, IKIP Malang, 1994.
Ismail SM, M.Ag, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Cet ke-IV Semarang: RaSAIL, 2009
John M.Echols dan hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1980 cet, 8
Komariah, Aan, Visionary Leadership Menuju Sekolah efektif. Jakarta: Bumi Aksara,2005
Laza HS, Manajemen Perpustakaan.Yogyakarta : GAMA Media, 2008) Cet, 2
Muhammad, Dr. Arni, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, cet.ke-7, 2005
Nata, Prof. Dr. Abudin, MA , Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. cet 4
P. Robbins, Stephen, Perilaku Organisasi Konsep Kontroversi Aplikasi, Jilid 2, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Prenhallindo, 1996
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, 1999, Cet, 8
Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, Yogyakarta, 2002
Tilaar, M.Sc, Ed, Prof. Dr. H. A.R.. Manajemen pendidikan nasional. Bandung : Rosdakarya, 1992










 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar