MAKALAH
KULTUR
ORGANISASI
DISUSUN OLEH :
1. Parida 216.01.0022
2. Firmansyah 216.01.0032
3. Rita Melati 216.01.0006
4. Aman 216.01.0008
5. Phoby Syndy 216.01.0087
6. Reimondo 216.01.0018
Dosen Pengasuh :
Irma Idayati, SE., M.Si
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSI
RAWAS
(STIE-MURA)
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam dihaturkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan beliau kita dapat menikmati
pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai “Kultur Organisasi” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang mendasar pada makalah ini. Namun kami tetap berharap agar kehadiran makalah ini tetap memberikan manfaat kepada kita semua. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua dan pemakalah minta maaf jika terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................ 2
D. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
BAB
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kultur Organisasi............................................................ 3
B. Proses Pembentukan Kultur Organisasi............................................ 5
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya............................................ 6
D. Upaya-upaya Untuk Mewujudkan Kultur
Organisasi...................... 8
E. Analisa ............................................................................................. 10
BAB
III. PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Terjadinya akselerasi perubahan pada era Globalisasi ini,
setidaknya mampu membuka mata untuk melihat fenomena kemandegan dunia pendidikan secara umum dan
pendidikan islam pada khususnya
dalam rangka mengantarkan dan membentuk manusia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT.
Pendidikan islam dilakukan untuk membentuk insan yang
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi luhur, berkepribadian disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani, Hal ini selaras
dengan tujuan pendidikan nasioanal. Pendidikan juga merupakan suatu jalan atau
cara yang mengantarkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Bahkan pendidikan
menjadi sebuah kewajiban yang harus dijalani manusia dalam kehidupannya.
Tantangan pendidikan Islam yang perlu dicarikan alternative
jalannya adalah
persoalan metode, mengingat dalam proses pendidikan Islam. Metode memiliki
kedudukan yang sangat signifikan sekali untuk mencapai tujuan pendidikan. Bahwa esensi pendidikan agama Islam
terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa dan dapat tampil sebagai Khalifatullah fil Ard. Esensi ini menjadi acuan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang maksimal.
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional haruslah dikelola
dengan tepat agar sebagai subsistem dari pembangunan nasional, tujuan SISDIKNAS
seperti yang diminta dalam pasal 4 UU no 2 Tahun 1989 dapat tercapai secara
efisien dan efektif.
Dari uraian diatas terlihat dengan jelas bahwa pemikiran
muslim tentang pendidikan islam tidaklah monotelik. Setiap pemikir memiliki
kecenderungan pemikiran yang khas dengan setting sosial-kultural pemikir yang
bersangkutan. lembaga pendidikan harus dapat mencetak “leader-leader”
yang tangguh dan berkualitas. “Leader–leader” pada masa yang akan datang harus
dapat mengubah pola pikir untuk menyelesaikan sesuatu dengan kekuatan manusia
(manpower) menjadi pola pikir kekuatan otak (mindpower). Konsep pendidikan juga
harus dapat menghasilkan out put lembaga pendidikan yang dapat menciptakan
“corporate culture”, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan norma–norma yang
berlaku masa itu dan pada gilirannya tumbuh kreativitas dan inisiatif, sehingga
munculah peluang baru (new opportunity). Out put pendidikan dimasa datang juga
diharapkan dapat memandang manusia bukan sebagai pekerja tetapi sebagai mitra
kerja dengan keunggulan yang berbeda. Dengan demikian, seorang leader yang keluar
dari persaingan global, harus dapat memandang manusia sebagai manusia, bukan
pekerja.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian Kultur Organisasi itu?
2.
Bagaimana
proses pembentukan kultur organisasi?
3.
Apa
saja factor-faktor yang mempengaruhi kuktur Organisasi?
4.
Bagaimana
upaya-upaya untuk mewujudkan kultur organisasi?
C.
Manfaat
Dengan adanya pembahasan makalah ini kami berharap dapat memberi pencerahan terhadap para mahasiswa agar memahami Tentang Kultur
Organisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
D.
Tujuan
Penulisan
Ø Untuk mengerti dan mengetahui arti kultur Organisasi secara bahasa maupun istilah
Ø Untuk mengetahuia factor-faktor yang
mempengaruhinya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KULTUR ORGANISASI
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, budaya (culture) diartikan sebagai : pikiran,
adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan
yang sukar diubah. Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan
pengertian budaya dengan tradisi (tradition). Dalam hal ini tradisi diartikan
sebagai idea-idea umum, sikap dan kebiasaan dari masyarakat yang nampak dalam
perilaku sehari-hari yang menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat
tertentu.
Edward
B. Tylor mengatakan bahwa budaya adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta
kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Kata
organisasi berasal dari bahasa inggris, organization yang berarti
organisasi atau hal yang mengatur. Dalam kamus bahasa Indonesia organisasi
merupakan susunan atau aturan dan berbagai bagian sehingga merupakan satu
kesatuan yang teratur.
Istilah
organisasi memiliki dua arti secara umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai
suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sebuah
sekolah, sebuah perkumpulan dan badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada
proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan
diantara apra anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara
efektif. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja dalam tugas-tugas yang
lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan
kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikannya dalam
rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Sedangkan pengertian organisasi menurut para pakar ilmu
adalah :
1.
Menurut Oliver Sheldon
Organisasi adalah proses
penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok harus
melakukantugas-tugas, sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk
pemakaian yang efisien, sistematis, positif, dan terorganisasi dari usaha yang
tersedia.
2.
Menurut Schein
Organisasi adalah suatu
koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum
melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung
jawab.
3.
Menurut Kohler
Organisasi adalah sistem
hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu.
Jadi kultur organisasi ialah suatu kemampuan-kemampuan dan
kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat yang
memiliki aturan-aturan atau susunan dan berbagai bagian sehingga menjadi satu
kesatuan yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Dari sini dapat dipahami bahwa kultur organisasi terdapat 3
komponen yang harus da dalam suatu lembaga atau organisasi agar organisasi
menjadi lebih baik, yakni : kelompok orang, kerja sama yang harmonis dan
pembagian hak, kewajiban dan tanggung jawab. Adapaun Prinsip-prinsip Kultur
organisasi yang harus dimiliki dalam suatu lembaga atau kelompok adalah:
1.
Perumusan
tujuan
Tujuan
organisasi harus jelas dan diketahui oleh seluruh elemen yang terkait dalam
organisasi itu. Dengan tujuan tertentu, aktivitas-aktivitas yang dilakukan
dengan mengarah pada tujuan yang telah dirumuskan.
2.
Pembagian
kerja
Untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi, perlu adanya pembagian tugas yang jelas.
Tanpa pembagian tugas yang jelas, akan terjadi tumpang tindih pekerjaan dan
dari sini akan terjadi pemborosan.
3.
Pembagian
wewenang
Dengan
kekuasaan yang jelas pada masing-masing orang/kelompok dalam suatu organisasi
maka dapat dihindarkan terjadinya benturan kepentingan dan tindakan. Hal ini
dimungkinkan karena setiap orang akan mengetahuia batas-batas wewenang untuk
bertindak.
4.
Kesatuan
komando
Dalam
sistem organisasi yang baik harus ada kesatuan komando/perintah agar tidak
terjadi kebingungan di tingkat pelaksana. Oleh karena itu, sistem organisasi
perlu dihindarkan adanya dualism pengaruh dan kekuasaan dalam berbagai tingkat
manajerial, baik manjerial puncak, manajerial menengah maupun manajerial lini.
5.
Koordinasi
Koordinasi merupakan suatu proses pengintegrasian tujuan
pada satuan-satuan yang terpisah dalam suatu lembaga untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Koordinasi ini sangat penting bagi suatu lembaga
untuk menyatukan langkah, mengurangi benturan tugas dan mengurangi timbulnya
konflik.
B.
PROSES
PEMBENTUKAN KULTUR ORGANISASI
Munculnya
gagasan-gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam dalam suatu budaya
dalam organisasi bisa bermula dari mana pun, dari perorangan atau
kelompok, dari tingkat bawah atau puncak. Taliziduhu Ndraha (1997)
menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya :
(1)
pendiri
organisasi;
(2)
pemilik
organisasi;
(3)
Sumber
daya manusia asing;
(4)
luar
organisasi;
(5)
orang
yang berkepentingan dengan organisasi (stake holder);
(6)
masyarakat
Selanjutnya
dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi dengan cara: (1)
kontak budaya; (2) benturan budaya; dan (3) penggalian budaya.
Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang sekejap, namun
memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menerima
nilai-nilai baru dalam organisasi.
Dalam
suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang “baik” atau “buruk”,
yang ada hanyalah budaya yang “cocok” atau “tidak cocok” . Jika dalam suatu
organisasi memiliki budaya yang cocok, maka manajemennya lebih berfokus pada
upaya pemeliharaan nilai-nilai- yang ada dan perubahan tidak perlu dilakukan.
Namun jika terjadi kesalahan dalam memberikan asumsi dasar yang berdampak
terhadap rendahnya kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin diperlukan.
Karena
budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun melalui sejumlah proses
belajar yang telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk diubah.
Kebiasaan lama akan sulit dihilangkan
C.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA
Sekolah sebagai suatu
organisasi, memiliki budaya sendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-
nilai, persepsi, kebiasaan, kebijakan pendidikan dan perilaku orang yang ada
didalamnya. Sebagai suatu organisasi, sekolah s kekhasan sesuai dengan cure bisnis
yang dijalankan yaitu pembelajaran. Budaya sekolah seharusnya menunjukkan
kapabilitas yang sesuai dengan tuntunan pembelajaran yaitu menumbuh kembangkan
peserta didik sesuai dengan prinsip- prinsip kemanusiaan. Budaya sekolah harus
disadari oleh seluruh konstituen sebagai asumsi dasar yang dapat membuat
sekolah tersebut memiliki citra yang membanggakan stakeholders. Oleh
sebab itu, semua individu memiliki posisi yang sama untuk mengangkat citra
melalui performance yang merujuk pada budaya sekolah yang
efektif.
Pembentukan dan Manajemen
Budaya sekolah yang Efektif, Pada awal kemunculanya, budaya organisasi mengacu
pada visi pendirinya yang dipengaruhi oleh cita- cita internal dan tuntutan
eksternal yang meliputinya. Pada hakekatnya suatu budaya adalah sebuah fenomena
kelompok. Oleh sebab itu, dalam menelaah proses terbentuknya budaya organisasi
tidak dapat lepas dari proses kelompok. Selain itu, proses kemunculan budaya
organisasi memakan waktu yang cukup lama yang pada umumnya melibatkan seorang
tokoh yang mengintroduksikan visi dan misi kepda stafnya, yang kemudian
dijadikan sebagai acuan anggota kelompok.
Disamping itu pengelolaan kultur organisasi perlu
diketahui faktor yang mempengaruhinya yaitu
1.
Komunikasi
Komuniaksi merupakan proses pengintegrasian
tujuan terhadap
anggota-anggota yang lainnya. Komunikasi ini sangat penting sekali untuk
menyatukan dalam sebuah organisasi, karena dengan adanya komunikasi diharapkan
terjadi saling mengisi secara yang baik dan lancar yang akan mengurangi
timbulnya konflik yang terjadi secara internal.
2.
Motifasi
Dalam suatu lembaga harus memiliki motivasi yang sangat kuat
untuk mencapai lembaga yang maju. Dan motivasi ini harus mampu mendorong
anggota organisasi agar lebih kerja keras dalam lembaga. Jangan sampai suatu
organisasi tidak memiliki motivasi yang dibutuhkan dalam lembaga.
3.
Karakteristik
organisasi
Karakter merupakan watak atau sifat yang ada
dialam suatu organisasi. Karakter sangat berpengaruh untuk kemajuan dan perkembangan
dalam suatu organisasi. Karakter dalam suatu organisasi tidak boleh individual,
karena dalam suatu organisasi harus memiliki sifat yang memasyarakat antar
anggota.
4.
proses administrasi
proses administrasi ini behubungan dengan mekanisme kerja
untuk mengkoordinasikan perkerjaan dalam suatu kesatuan yang harmonis. Pada
saat setiap orang dan setiap bagian melaksanakan pekerjaan, kemungkinan timbul
konflik diantara anggota, dan mekanisme administrasi ini untuk
mengkoordinasikan memungkinkan setiap anggota organisasi untuk tetap bekerja
secara efektif.
5.
struktur oeganisasi
sturktur organisasi sebagai pola hubungan komponen atau
bagian suatu organisasi. Struktur merupakan sistem formal hubungan kerja yang
membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan kelompok agar tercapai tujuan.
Pada struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja
yang harus dilakukan, hubungan tasan dan bawa han, kelompok, komponen atau
bagian, tingkat manajemen dan saluran komunikasi.
6.
gaya manajemen
melakukan monitoring dan mengambil
langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan mneingkatkan manajemen.
Gaya untuk mengatur dalam suatu organisasi harus menarik dan mampu membuat
anggota agar bias bekerja dengan baik dan benar. Gaya menajemn yang baik dan
menarik akan menghasilkan potensi atau hasil yang sangat memuaskan untuk suatu
organisasi, namun jika manajemen suatu organisasi rusak, maka organsisasi itu juga
akan mengalami kerusakan dan tidak akan mencapai target atau tujuan yang
diinginkan.
D.
UPAYA
UPAYA UNTUK MEUWUJUDKAN KULKTUR ORGANISASI
Pembentukan dan pengelolaan budaya
organisasi adalah suatu hal yang mutlak untuk memperoleh budaya organisasi yang
kental. Membentuk budaya organisasi merupakan tanggung jawab pimpinan yang
realisasinya merupakan tanggung jawab seluruh personel sekolah. Pimpinan perlu
memahami cara pembentukan dan pengelolaan budaya organisasi. Budaya organisasi
bisa terbentuk dengan tiga cara yaitu:
1. Seleksi, sejak awal sudah ditekankan
bahwa hanya pegawai yang memenuhi kriteria organisasi yang diterima.
2. Manajemen puncak, pimpinan menjadi
pendorong kuat bagi tumbuhnya perilaku bawahan.
3. Sisoalisasi, penanaman norma- norma
yang ditetapkan organisasi dapat dilakukan dengan cara membicarakan dalam
rapat- rapat, pertemuan atau bahkan dengan media khusus.
Untuk
mewujudkan organisasi yang efektif, perlu adanya upaya-upaya yang harus
dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan. Adapaun langkah-langkah yang harus
ditempuh yaitu :
1. Organisasi tersebut harus memiliki
visi, misi dan tujuan yang jelas yang diarahkan pada upaya mewujudkan cita-cita
atau tujuan yang diharapkan
2. Organisasi tersebut harus dipimpin
oleh orang yang memiliki visi, capability, loby dan morality. Visi berkaitan
dengan gagasan, cita-cita dan imajinasi yang terus mengalir. Adapun capability
berkaitan dengan kesanggupan untuk mewujudkan cita-cita dan visi tersebut.
Sementara loby terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan
dengan berbagai pihak yang memungkinkan dapat diakses untuk mencapai tujuan.
Selanjutnya morality berkaitan dengan akhlak yang mulia seperti keihlasan dalam
bekerja, jujur, amanah, sabar, pemaaf, toleransi dan sebagainya.
3. Organisasi tersebut harus memiliki
sumber ekonomi yang dihasilkan melalui berbagai usaha. Untuk ini kelompok yang
berada dalam pengelolaan sarana dapat dilihat sebagai market.
4. Organisasi tersebut harus mampu
membaca peluang yang memungkinkan dapat dilakukan berbagai kegiatan yang
dibutuhkan oleh kelompok
5. Organisasi tersebut harus didukung
oleh sarana dan prasarana pendukung yang baik. Dalam hal ini teknologi yang
canggih dalam bidang komunikasi, informasi dan pengelolaan data seperti
telepon, computer, fakximile dan sebagainya yang harus digunakan
6. Organisasi tersebut harus memperoleh
legimitasi dan masyarakat dengan cara menciptakan berbagai kegaitan yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
Adapun Kultur organisasi memiliki beberapa fungsi sebagai
berikut :
1. Budaya mempunyai suatu peran
menempatkan tapal batas; artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara
satu organisasi dan jangkauannya.
2. Budaya membawa satu rasa identitas
bagi anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya
komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan-kepentingan dari
individual seseorang.
4. Budaya itu meningkatkan kemantapan
sistem social. Budaya merupakan perekat social yang membantu mempersatuakan
organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang
harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota.
5. Akhirnya budaya berfungsi sebagai
mekanisme pembuat makna dan kendali yang memadu dan membentuk sikap serta
perilaku anggaotanya.
E.
ANALISIS
Dalam
budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai dan keyakinan yang
sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya berbagi nilai dan keyakinan
yang sama melalui pakaian seragam. Namun menerima dan memakai
seragam saja tidaklah cukup. Pemakaian seragam haruslah membawa rasa bangga,
menjadi alat kontrol dan membentuk citra organisasi. Dengan demikian, nilai
pakaian seragam tertanam menjadi basic.
Dalam
suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang “baik” atau “buruk”, yang ada hanyalah budaya yang
“cocok” atau “tidak cocok” . Jika dalam suatu organisasi memiliki budaya yang
cocok, maka manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai-
yang ada dan perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi kesalahan
dalam memberikan asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya kualitas kinerja,
maka perubahan budaya mungkin diperlukan.
Budaya yang strategis cocok secara
eksplisit menyatakan bahwa arah budaya harus menyelaraskan dan memotivasi
anggota, jika ingin meningkatkan kinerja organisasi. Konsep utama yang
digunakan di sini adalah “kecocokan”. Jadi, sebuah budaya dianggap baik apabila
cocok dengan konteksnya. Adapun yang dimaksud dengan konteks bisa berupa
kondisi obyektif dari organisasinya atau strategi usahanya.
Karena budaya ini telah berevolusi selama
bertahun-tahun melalui sejumlah proses belajar yang telah berakar,
maka mungkin saja sulit untuk diubah. Kebiasaan lama akan sulit dihilangkan penerapan
konsep budaya organisasi di sekolah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
penerapan konsep budaya organisasi lainnya. Kalaupun terdapat perbedaan mungkin
hanya terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakateristik
dari para pendukungnya.
Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah,
tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai
organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha
mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para
siswanya. Nilai-nilai yang mungkin dikembangkan di sekolah tentunya sangat
beragam
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Kultur
organisasi ialah suatu kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh
manusia sebagai
anggota masyarakat yang memiliki aturan-aturan atau susunan dan berbagai bagian
sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Disamping itu pengelolaan kultur organisasi perlu
diketahui faktor yang mempengaruhinya yaitu Komunikasi, Motifasi, Karakteristik
organisasi, proses
administrasi struktur oeganisasi dan gaya manajemen. Adapun fungsi dari kultur
organisasi ialah Budaya
mempunyai suatu peran menempatkan tapal batas; artinya budaya menciptakan
pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan jangkauannya, Budaya membawa
satu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi, Budaya mempermudah
timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan-kepentingan
dari individual seseorang., Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem social.
Budaya merupakan perekat social yang membantu mempersatuakan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan
dilakukan oleh para anggota dan Akhirnya budaya berfungsi sebagai mekanisme
pembuat makna dan kendali yang memadu dan membentuk sikap serta perilaku
anggaotanya.
Upaya
untuk mengembangkan budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan tugas
kepala sekolah selaku leader dan manajer di sekolah. Dalam hal ini, kepala
sekolah hendaknya mampu melihat lingkungan sekolahnya secara holistik, sehingga
diperoleh kerangka kerja yang lebih luas guna memahami masalah-masalah
yang sulit dan hubungan-hubungan yang kompleks di sekolahnya. Melalui
pendalaman pemahamannya tentang budaya organisasi di sekolah, maka ia akan
lebih baik lagi dalam memberikan penajaman tentang nilai, keyakinan dan sikap
yang penting guna meningkatkan stabilitas dan pemeliharaan lingkungan
belajarnya.
B.
Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makala ini terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami sebagai penulis makalah ini
mengahrapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah ke
depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Balai
Pustaka, 1991
Fattah,
Dr. Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Rosadakarya,2001 cet,5,
Indrafachrudi,
Soekarto, Bagaimana Mengakrabkan Sekolah dengan Orang Tua Murid dan Masyarakat.
Malang, IKIP Malang, 1994.
Ismail SM, M.Ag, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis
PAIKEM, Cet ke-IV Semarang: RaSAIL, 2009
John
M.Echols dan hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1980
cet, 8
Komariah,
Aan, Visionary Leadership Menuju Sekolah efektif. Jakarta: Bumi Aksara,2005
Laza HS,
Manajemen Perpustakaan.Yogyakarta : GAMA Media, 2008) Cet, 2
Muhammad,
Dr. Arni, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, cet.ke-7, 2005
Nata,
Prof. Dr. Abudin, MA , Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan pendidikan
Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. cet 4
P. Robbins, Stephen, Perilaku Organisasi Konsep Kontroversi
Aplikasi, Jilid 2, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Prenhallindo, 1996
Poerwadarminta,
W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, 1999, Cet, 8
Sutarto,
Dasar-dasar Organisasi, Yogyakarta, 2002
Tilaar,
M.Sc, Ed, Prof. Dr. H. A.R.. Manajemen pendidikan nasional. Bandung :
Rosdakarya, 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar