MODUL 1
RUANG LINGKUP
SOSIOLOGI
Kegiatan
Belajar 1
Pengertian Sosiologi
Pengertian Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang pergaulan hidup antara seseorang dengan seseorang,
perseorangan dengan golongan atau golongan dengan golongan. Dengan demikian
terdapat dua unsur pokok dalam sosiologi, yaitu manusia dan hubungan sosial
(masyarakat). Terdapat berbagai pendapat tentang kedudukan individu dan
masyarakat ini. Di satu pihak ada yang berpendapat bahwa individu lebih dominan
daripada masyarakat, tetapi di pihak lain berpendapat bahwa masyarakat lebih
dominan daripada individu. Sementara itu terdapat pendapat yang mengambil
posisi tengah yang mengatakan bahwa antara individu dan masyarakat terjadi
proses saling mempengaruhi. Sejumlah kritik diajukan kepada sosiologi, yaitu 1)
sosiologi adalah ilmu yang sulit, 2) sosiologi hanya merupakan kumpulan dari berbagai
kajian ilmu sosial lainnya, dan 3) tidak ada lapangan yang khusus bagi
sosiologi karena objeknya telah banyak digarap oleh ilmu-ilmu sosial lainnya.
Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial
yang dahulunya berinduk pada ilmu filsafat. Dengan demikian pokok-pokok pikiran
sosiologi tidak bisa terlepas dari pemikiran para ahli filsafat yang mengkaji
tentang masyarakat. Sosiologi mengalami perkembangan yang pesat pada abad
ke-20, di mana pada masa ini mulai banyak bermunculan berbagai cabang
sosiologi, seperti sosiologi industri, sosiologi perkotaan, sosiologi pedesaan,
dan lain-lain. Pemikiran para ahli yang mengkonsentrasikan diri pada masalah
kajian sosiologi ini dibedakan atas tokoh-tokoh sosiologi klasik dan
tokoh-tokoh sosiologi modern.
Kegiatan
Belajar 2
Bidang Kajian Sosiologi
Bidang Kajian Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu sosial yang
mempunyai fokus kajian mengenai tingkah laku manusia mempunyai bidang kajian
yang sangat luas, antara lain bidang kajian Sosiologi Industri, Sosiologi
Hukum, Sosiologi Pendidikan, Sosiologi Perkotaan, Sosiologi Pedesaan, Sosiologi
Kesehatan, dan lain-lain.
Sosiologi Industri
mengkaji masalah fenomena industri dengan menitikberatkan kajiannya pada
faktor manusia, dan mengaitkannya dengan faktor mesin serta mekanisme kerja
pabrik yang berorientasi pada efisiensi dan efektivitas. Sedangkan Sosiologi
Hukum merupakan cabang sosiologi yang mengkaji fenomena-fenomena hukum
yang ada di masyarakat. Sementara itu Sosiologi Pendidikan mengkaji
proses-proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan dengan
tekanan dan wilayah tekanannya pada lembaga pendidikan. Di lain pihak Sosiologi
Perilaku Menyimpang mengkaji perilaku dan kondisi yang dianggap tidak
sesuai dengan norma-norma yang sudah disepakati dalam masyarakat. Dalam
melakukan kajiannya, terutama pada masyarakat modern, sosiologi perlu bekerja
sama dengan ilmu-ilmu sosial lainnya membentuk kajian multidisipliner.
Antropologi bisa membantu sosiologi dalam hal metodologi mengingat antropologi
mempunyai pengalaman yang sangat panjang dalam melakukan penelitian yang
bersifat kualitatif. Psikologi bisa memberi masukan bagi sosiologi dalam hal
informasinya mengenai kecenderungan-kecenderungan yang sifatnya individual.
INTERAKSI SOSIAL
KegiatanBelajar1
Pengertian Interaksi Sosial
Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial
dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan
sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan
individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun
antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana
simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya
oleh mereka yang menggunakannya
Proses Interaksi sosial menurut Herbert
Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap
sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian
makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan
sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat
dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang
dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan
interpretative process
Interaksi sosial dapat terjadi bila
antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak
sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi
merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi
terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels
menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya
komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua,
yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah
segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis
kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya
tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan
aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu dari
Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas.
Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu
jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan
mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu
ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk
interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh
W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan
reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
Kegiatan
Belajar 2
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang
berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk kerja sama,
akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama
individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan,
di mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau
kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk
mencapai suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses
di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan
kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok
Bentuk interaksi yang berkaitan dengan
proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi,
dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana
individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan bentuk
interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan.
Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan
yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Untuk tahapan proses-proses asosiatif
dan disosiatif Mark L. Knapp menjelaskan tahapan interaksi sosial
untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan. Tahapan untuk mendekatkan
meliputi tahapan memulai (initiating), menjajaki (experimenting),
meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan
(bonding). Sedangkan tahapan untuk merenggangkan meliputi membeda-bedakan
(differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnating),
menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating).
Pendekatan interaksi lainnya adalah
pendekatan dramaturgi menurut Erving Goffman. Melalui
pendekatan ini Erving Goffman menggunakan bahasa dan khayalan teater
untuk menggambarkan fakta subyektif dan obyektif dari interaksi sosial.
Konsep-konsepnya dalam pendekatan ini mencakup tempat berlangsungnya interaksi
sosial yang disebut dengan social establishment, tempat mempersiapkan interaksi
sosial disebut dengan back region/backstage, tempat penyampaian ekspresi dalam
interaksi sosial disebut front region, individu yang melihat interaksi tersebut
disebut audience, penampilan dari pihak-pihak yang melakukan interaksi disebut
dengan team of performers, dan orang yang tidak melihat interaksi tersebut
disebut dengan outsider.
Erving Goffman juga menyampaikan konsep
impression management untuk menunjukkan usaha individu dalam
menampilkan kesan tertentu pada orang lain. Konsep expression untuk
individu yang membuat pernyataan dalam interaksi. Konsep ini terbagi atas
expression given untuk pernyataan yang diberikan dan expression given off untuk
pernyataan yang terlepas. Serta konsep impression untuk individu lain yang
memperoleh kesan dalam interaksi.
SOSIALISASI
Kegiatan
Belajar 1
Pengertian Sosialisasi
Pengertian Sosialisasi
Pengertian sosialisasi mengacu
pada suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang
yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan
memahami. Sosialisasi merupakan suatu proses di mana seseorang menghayati
(mendarahdagingkan - internalize) norma-norma kelompok di mana ia hidup
sehingga timbullah diri yang unik, karena pada awal kehidupan tidak ditemukan
apa yang disebut dengan "diri".
Tujuan sosiologi dalam mempelajari
sosialisasi karena dengan mempelajari bagaimana orang berinteraksi maka kita dapat
memahami orang lain dengan lebih baik. Dengan memperhatikan orang lain, diri
sendiri dan posisi kita di masyarakat maka kita dapat memahami bagaimana kita
berpikir dan bertindak.
Terdapat beberapa konsep yang berkaitan
dengan sosialisasi, yaitu the significant others , the generalized other ,
looking glass self serta impression management. Masing-masing konsep
tersebut memberikan sumbangan yang berarti dalam diri seorang individu yang
mengalami proses sosialisasi.
Produk penting dari proses sosialisasi
adalah self/personality/diri. Dalam rangka interaksi dengan orang lain,
seseorang akan mengembangkan suatu keunikan dalam hal perilaku, pemikiran dan
perasaan yang secara bersama-sama akan membentuk self.
Agen sosialisasi meliputi keluarga,
teman bermain, sekolah dan media massa. Keluarga merupakan agen pertama dalam
sosialisasi yang ditemui oleh anak pada awal perkembangannya. Kemudian kelompok
sebaya sebagai agen sosialisasi di mana si anak akan belajar tentang pengaturan
peran orang-orang yang berkedudukan sederajat. Sekolah sebagai agen sosialisasi
merupakan institusi pendidikan di mana anak didik selama di sekolah akan
mempelajari aspek kemandirian, prestasi, universalisme serta spesifisitas. Agen
sosialisasi yang terakhir adalah media massa di mana melalui sosialisasi
pesan-pesan dan simbol-simbol yang disampaikan oleh berbagai media akan
menimbulkan berbagai pendapat pula dalam masyarakat
Kegiatan
Belajar 2
Jenis Sosialisasi dan Pola Sosialisasi
Jenis Sosialisasi dan Pola Sosialisasi
Proses yang dialami individu terbagi
atas sosialisasi primer dan sekunder, sosialisasi
primer dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungan
keluarga, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya,
individu tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara
pandang keluarga
Sedangkan sosialisasi sekunder berkaitan
dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan orang lain selain
keluarganya. Dalam sosialisasi sekunder terdapat proses resosialisasi dan
desosialisasi, di mana keduanya merupakan proses yang berkaitan satu sama lain.
Resosialisasi berkaitan dengan pengajaran dan penanaman nilai-nilai yang
berbeda dengan nilai-nilai yang pernah dialami sebelumnya, untuk penguatan
dalam penanaman nilai-nilai baru tersebut maka desosialisasi terjadi di mana
diri individu yang lama "dicabut dan diberi" diri yang baru dalam
proses resosialisasi. Kedua proses tersebut terlihat dengan jelas dalam suatu
total institusi yang merupakan suatu tempat di mana terdapat sejumlah besar
individu yang terpisah dari lingkungan sosialnya.
Pola sosialisasi mengacu pada cara-cara
yang dipakai dalam sosialisasi , terdapat dua pola, yaitu represif dan partisipatoris.
Represif menekankan pada penggunaan hukuman, memakai materi
dalam hukuman dan imbalan, kepatuhan anak pada orang tua, komunikasi satu arah,
nonverbal dan berisi perintah, orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga
keinginan orang tua menjadi penting, keluarga menjadi significant others.
Sedangkan sosialisasi partisipatoris menekankan pada individu
diberi imbalan jika berkelakuan baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik,
anak diberi kebebasan, penekanan pada interaksi, komunikasi terjadi secara
lisan, anak pusat sosialisasi sehingga keperluan anak dianggap penting,
keluarga menjadi generalized others.
Seseorang akan mengalami proses
sosialisasi yang bersifat terus menerus selama individu tersebut hidup mulai
dari anak-anak sampai mereka dewasa. Termasuk pula sosialisasi gender akan pula
dialami oleh individu baik laki-laki maupun perempuan.
MODUL 4
STRATIFIKASI SOSIAL
Kegiatan
Belajar 1
Pengertian Stratifikasi Sosial
Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial
merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota
masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
Status yang dimiliki oleh setiap
anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement
status) dan ada yang didapat tanpa suatu usaha (ascribed status).
Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam
bentuk jamak.
Pitirin A. Sorokin
mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce
J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada kelas
sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki.
Stratifikasi dapat terjadi dengan
sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat
dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan
stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian,
usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan
status individu atau kelompok dalam stratifikasi sosial. Mobilitas dapat
terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal
juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas
antargenerasi.
Berkaitan dengan mobilitas ini maka
stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan
stratifikasi tertutup. Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya
mobilitas sosial cukup besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan
terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.
Kegiatan
Belajar 2
Dimensi Stratifikasi Sosial
Dimensi Stratifikasi Sosial
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial
ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan yaitu : privilege, prestise, dan
power. Ketiga dimensi ini dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat
didigunakan secara bersama.
Karl Marx
menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau ekonomi
untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu kelas Borjuis
dan Proletar. Sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries dan
Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan ketiga
dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep : kelas,
kelompok status, dan partai.
Kelas sosial merupakan suatu pembedaan
individu atau kelompok berdasarkan kriteria ekonomi. Untuk mendalami kelas
sosial ini Soerjono Soekanto memberikan 6 kriteria tradisional.
Menurut Horton and Hunt keberadaan
kelas sosial dalam masyarakat berpengaruh terhadap beberapa hal, diantaranya
adalah identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial, pola-pola keluarga, dan
munculnya simbol status dalam masyarakat.
Bentuk stratifikasi
dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang diantaranya dapat
berbentuk piramida, piramida terbalik, dan intan. Selain lapisan bersusun
bentuk stratifikasi dapat juga diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk
stratifikasi melingkar ini terutama berkaitan dengan dimensi kekuasaan.
Ada tiga cara yang dapat kita
lakukan untuk bisa mengetahui bentuk dari stratifikasi sosial. Ketiga cara
tersebut adalah dengan pendekatan objektif, pendekatan subyektif, dan
pendekatan reputasional.
KELOMPOK SOSIAL
Kegiatan
Belajar 1
Jenis-jenis Kelompok
Jenis-jenis Kelompok
Secara umum kelompok diartikan
sebagai kumpulan orang-orang, sementara sosiolog melihat kelompok sebagai
dua atau lebih orang yang mengembangkan perasaan kebersatuan dan yang terikat
bersama-sama oleh pola interaksi sosial yang relatif stabil. Terdapat
sejumlah kriteria yang mencirikan apakah sekumpulan orang bisa disebut sebagai
kelompok atau tidak, tetapi pada dasarnya terdapat dua karakteristik pokok dari
kelompok, yaitu 1) adanya interaksi yang terpola dan 2) adanya kesadaran akan
identitas bersama.
Terdapat berbagai macam jenis kelompok.
Bierstedt mengklasifikasikan kelompok ke dalam kelompok statistik,
kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi.
Sedangkan Emille Durkheim membaginya dalam kelompok yang didasarkan pada solidaritas
mekanik dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organik. Ferdinand
Tonnies mengklasifikasikannya menjadi gemeinschaft dan
gesselschaft. C.H. Cooley membagi kelompok ke dalam kelompok primer dan
kelompok sekunder. Sementara W.G. Sumner mengklasifikannya ke dalam in-group
dan out-group. K. Merton menguraikan tentang kelompok acuan. Sementara
itu jenis kelompok lainnya adalah kelompok sukarela-nonsukarela, kelompok
vertikal-horisontal, kelompok terbuka-tertutup, serta kelompok
mayoritas-minoritas
Kegiatan
Belajar 2
Hubungan Antar Kelompok
Hubungan Antar Kelompok
Hubungan antar kelompok
adalah interaksi sosial antara dua kelompok atau lebih. Kelompok yang
saling berhubungan ini diklasifikasikan berdasarkan kriteria fisiologis dan
kebudayaan. Hubungan antar kelompok bukanlah hubungan yang tiba-tiba terbentuk.
Hubungan ini merupakan akumulasi dari serangkaian hubungan-hubungan sosial yang
ada. Hubungan ini mengandung sejumlah dimensi, antara lain dimensi sejarah,
sikap, perilaku, gerakan sosial, dan institusi. Di samping itu terdapat pula
sejumlah faktor yang mempengaruhi terbentuknya hubungan antar kelompok ini,
yaitu rasialis, etnisitas, seksisme, dan ageisme.
Kegiatan
Belajar 1
Perilaku Menyimpang
Perilaku Menyimpang
Penyimpangan
dapat diartikan sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan dengan
norma-norma di masyarakat, artinya penyimpangan tersebut terjadi jika
seseorang tidak mematuhi patokan norma yang sudah ada. Disfungsi dari perilaku
menyimpang dapat menyebabkan terancamnya kehidupan sosial, karena tatanan
sistem yang sudah ada dapat tidak berjalan sebagaimana mestinya karena ada
individu yang tidak dapat menjalankan tugasnya dalam sistem masyarakat . Selain
itu perilaku menyimpang mempunyai fungsi antara lain menghasilkan perilaku yang
konform pada sebagian besar masyarakat agar tetap berjalan di jalur yang sudah
ditentukan, memperkuat ikatan kelompok dan perilaku menyimpang dapat
menyebabkan perubahan sosial agar sistem berjalan secara benar.
Secara teoritis perilaku menyimpang
dapat dijelaskan melalui penjelasan biologis, psikologis dan sosiologis. Secara
sosiologis perilaku menyimpang dianalisis dari perspektif struktural,
transmisi budaya, konflik dan perspektif labelling di mana setiap perspektif
mempunyai fokus permasalahannya masing-masing dalam melihat perilaku menyimpang
.
Sering kali suatu perilaku dianggap
menyimpang di suatu masyarakat tetapi tidak menyimpang di masyarakat lainnya.
Hal tersebut berkaitan dengan relativitas perilaku menyimpang di mana pandangan
relativisme melihat bahwa penyimpangan dapat di interpretasi hanya dalam
konteks sosio kultural di mana penyimpangan tersebut terjadi. Relativisme
tersebut berkaitan dengan waktu, tempat, situasi dan status sosial.
Kegiatan
Belajar 2
Perilaku Kolektif
Perilaku Kolektif
Ahli sosiologi menggunakan istilah perilaku
kolektif mengacu pada perilaku sekelompok orang yang muncul secara
spontan, tidak terstruktur sebagai respons terhadap kejadian tertentu.
Perilaku kolektif adalah suatu perilaku yang tidak biasa , sehingga perilaku
kolektif dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang relatif spontan, tidak
terstruktur dan tidak stabil dari sekelompok orang, yang bertujuan untuk
menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan. Sehingga kita dapat membedakan
antara perilaku kolektif dengan perilaku yang rutin.
Secara teoritis perilaku kolektif dapat
dijelaskan dari berbagai sudut teori antara lain teori penyebaran, teori
interaksionis, teori emergent-norm dan teori value-added. Kondisi pokok yang
memicu munculnya perilaku kolektif menurut teori value-added adalah: kesesuaian
struktural, ketegangan struktural, berkembangnya kepercayaan umum, faktor yang
mendahului, mobilisasi dan kontrol sosial.
Perilaku kolektif antara lain dapat
berbentuk perilaku kolektif yang tersebar, kerumunan dan gerakan sosial.
Perilaku kolektif yang tersebar meliputi fashion, rumors, dan publik.
Sedangkan jenis kerumunan meliputi casual, conventional, expresive, dan
acting. Gerakan sosial mempunyai bentuk antara lain gerakan revolusioner,
reformis, konservatif dan gerakan reaksioner, sedangkan revolusi sosial salah
satu contoh dari gerakan sosial.
Kegiatan
Belajar 3
Kontrol Sosial
Kontrol Sosial
Kontrol sosial
mengacu pada suatu proses baik yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan, di mana dalam proses kontrol sosial tersebut masyarakat dibuat
agar mematuhi norma-norma yang berlaku di masyarakat .
Masyarakat berharap bahwa individu di
dalam dirinya sendiri sudah muncul kesadaran untuk mematuhi norma dan mempunyai
perilaku yang konform dengan aturan di masyarakat, artinya bahwa perilaku
konformi tas itu bersifat inheren di dalam diri individu. Meskipun demikian ada
sebagian besar manusia yang harus dilatih untuk menjalankan konformitas di mana
proses sosialisasi terlibat di dalamnya. Melalui proses sosialisasi seseorang
akan mempelajari perilaku apa yang dapat diterima berkaitan dengan berbagai
situasi yang akan dia hadapi, selain itu ia akan belajar perilaku mana yang
pantas dan tidak pantas untuk ia laksanakan.
Bentuk kontrol sosial berkaitan dengan
pemberian sanksi baik yang berupa hukuman maupun imbalan pada perilaku yang
disetujui maupun tidak disetujui oleh masyarakat. Di dalam masyarakat ada
berbagai bentuk kontrol sosial seperti bahasa, gosip, ostratisme, intimidasi
serta kekerasan fisik yang umumnya dilakukan oleh individu terhadap individu
lain. Apapun bentuk kontrol sosial yang dilaksanakan semua itu bertujuan untuk
mengembalikan individu yang melakukan perilaku menyimpang.
MODUL 7
TATANAN SOSIAL
TATANAN SOSIAL
Kegiatan
Belajar 1
Tatanan Sosial
Tatanan Sosial
Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya
saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh
seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (sosial
order). Tatanan sosial ini mempunyai beberapa elemen antara lain adalah
struktur sosial dan institusi sosial. Struktur sosial diartikan sebagai
jaringan saling keterhubungan, yang secara normative mengarahkan hubungan
sosial yang ada di masyarakat. Struktur sosial yang merupakan keterjalinan
hubungan, dikarakteristikkan oleh adanya organisasi dan stabilitas. Sehubungan
dengan struktur sosial dikenal istilah status dan peran.
Secara umum status dipahami sebagai
urutan orang berdasarkan kekayaannya, pengaruhnya, maupun prestisenya. Akan
tetapi sosiolog mengartikan status sebagai posisi di dalam kelompok atau
masyarakat. Status dibedakan atas ascribed status, achieved statuses, dan
master statuses. Status yang disediakan bagi kita oleh kelompok atau masyarakat
kita disebut ascribed statuses. Sementara itu achieved statuses disediakan bagi
kita dalam hubungannya dengan pilihan individu dan persaingan. Sedangkan master
statuses adalah kunci atau inti dari status yang mempunyai bobot utama dalam interaksi
dan hubungan sosial seseorang dengan orang yang lainnya. Selanjutnya konsep
peranan sosial mengacu pada pengertian tentang serangkaian hak dan tugas yang
didefinisikan secara kultural. Peranan adalah perilaku yang diharapkan
sehubungan dengan status yang dimiliki. Dengan demikian maka role performance
adalah perilaku aktual seseorang sehubungan dengan statusnya.
Elemen tatanan sosial lainnya adalah
institusi sosial. Institusi sosial diartikan sebagai norma-norma,
aturan-aturan, dan pola-pola organisasi yang dikembangkan di sekitar
kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pokok yang terkait dengan pengalaman
masyarakat. Berdasarkan fungsinya institusi sosial dibedakan antara lain
menjadi kinship instiutution, educational institution, economic institution,
scientific institution, dan lain-lain
Salah satu bentuk dari tatanan sosial
adalah masyarakat. Masyarakat diartikan sebagai sistem sosial yang swasembada
(self-subsistent), melebihi masa hidup individu normal dan merekrut anggota
secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi
berikutnya. Berdasarkan pendapat para ahli terlihat bahwa tidak mudah
menerapkan konsep masyarakat pada berbagai kesatuan hidup yang ada.
Kegiatan
Belajar 2
Institusi Keluarga dan Institusi Pendidikan
Institusi Keluarga dan Institusi Pendidikan
Sehubungan dengan institusi keluarga,
keluarga terbentuk melalui suatu peristiwa yang disebut dengan perkawinan.
Perkawinan sendiri diartikan sebagai persekutuan antara dua orang atau dua
keluarga besar. Sementara itu secara umum keluarga diartikan sebagai kelompok
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang diikat oleh perkawinan beserta
anak-anaknya yang belum menikah. Terdapat beberapa perspektif yang berusaha
mengungkap eksistensi keluarga ini dalam masyarakat yaitu perspektif
interaksionis, perspektif fungsionalisme dan perspektif konflik. Akan tetapi
pada dasarnya terdapat dua bentuk aturan perkawinan yaitu eksogami dan
endogamy. Di samping itu terdapat aturan tentang kategori atau kelompok mana
yang tidak boleh dinikahi yang disebut incest taboo
Sehubungan dengan institusi pendidikan,
maka institusi pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran yang antara
lain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan transmisi pengetahuan dan
mempersiapkan individu terhadap peran pekerjaan. sementara pendidikan adalah
berbagai bentuk sistem instruksi budaya atau intelektual yang diformalkan atau
yang di semi formalkan. Terdapat tiga tipe dasar pendidikan yaitu education in
practical skill, status group education, dan bureaucratic education. Di dalam
institusi pendidikan terdapat dua fungsi yang oleh para sosiolog dibedakan
menjadi fungsi manifes dan fungsi laten. Di samping itu terdapat tiga
pendekatan yang digunakan untuk mengkaji fenomena pendidikan
yaitu 1) pendekatan fungsionalis, 2) teori konflik Marxis, dan 3)
teori konflik Weber.
Kegiatan
Belajar 3
Institusi Ekonomi dan Institusi plitik
Institusi Ekonomi dan Institusi plitik
Aktivitas ekonomi muncul
dari adanya upaya-upaya masyarakat untuk mengorganisasikan tanah, tenaga
kerja, modal, dan teknologi dalam rangka menghasilkan (memproduksi), mendistribusikan,
dan mengkonsumsi barang dan jasa. Terdapat tiga konsep utama dari aktivitas
ekonomi, yaitu 1) ide bahwa ekonomi dibagi atas sektor primer, sekunder dan
tersier, 2) konsep tentang dual economy (ekonomi ganda), dan 3) konsep tentang
perbedaaan antara pekerjaan (occupation) dan profesi (profession).
Sementara itu terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk mengkaji ekonomi
yaitu pendekatan kapitalisme, yang menekankan pada ide tentang 1) hak milik
pribadi (private property), 2) motif mencari keuntungan (freedom of choice), 3)
kompetisi bebas (freedom of competition), dan 4) bebas dari intervensi
pemerintah (freedom from government interference). Sementara pendekatan
sosialis melihat sistem kapitalis hanya akan menguntungkan para pemilik modal, bukan
masyarakat umum.
Selanjutnya politik adalah proses yang
terinstitusionalisasi melalui keputusan yang mempengaruhi komunitas, wilayah,
negara, atau masyarakat sebagai keseluruhan yang dibuat dan diselenggarakan.
Terdapat beberapa konsep yang berhubungan dengan politik yaitu konsep
kekuasaan, kewenangan/otoritas, dan pengaruh. Sehubungan dengan tatanan politik
ini, terdapat beberapa pendekatan yaitu pendekatan fungsionalis dan konflik.
Sementara itu Max Weber telah mengidentifikasi tiga tipe spesifik dari
kewenangan yaitu tradisional, legal-rasional, dan kharismatik. Juga terdapat
tiga teori yang menjelaskan tentang distribusi kekuasaan yaitu model
pluralistic, model elit, dan model kelas. Sehubungan dengan perubahan politik,
terdapat beberapa bentuk yang digunakan untuk mengadakan perubahan politik
yaitu terorisme, rebellion, evolusi dan revolusi.
PERUBAHAN SOSIAL
Kegiatan
Belajar 1
Perubahan Sosial
Perubahan Sosial
Perubahan sosial
merupakan suatu gejala yang akan selalu ada dalam masyarakat, karena
masyarakat selalu berubah dalam aspek terkecil sekalipun.
Perubahan sosial maupun perubahan
budaya sebenarnya dua konsep yang berbeda tetapi saling berkaitan satu sama
lain, di mana perubahan sosial mengacu pada perubahan struktur sosial dan
hubungan sosial di masyarakat sedangkan perubahan budaya mengacu pada perubahan
segi budaya di masyarakat. Tetapi perubahan pada hubungan sosial akan
menimbulkan pula perubahan pada aspek nilai dan norma yang merupakan bagian
dari perubahan budaya.
Terdapat berbagai teori yang dapat
menjelaskan fenomena perubahan sosial di masyarakat. Tetapi semua teori itu
sebenarnya saling mengisi satu sama lain, merupakan perbaikan ataupun juga
memberikan sumbangan yang berarti dalam memahami fenomena perubahan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar