MAKALAH
DASAR -
DASAR PERILAKU KELOMPOK
DISUSUN OLEH :
1. Ani Susanti 216.01.0047
2. Afriyanti Azminillah 216.01.0060
3. Desi Ananda 216.01.0042
4. Desmita Handayani 216.01.0093
5. Syariko Dwi S.S 216.01.0044
Dosen Pengasuh :
Irma Idayati, SE., M.Si
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSI
RAWAS
(STIE-MURA)
2017
KATA PENGANTAR
Atas limpahan rahmat dan karunia Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Dasar-Dasar Perilaku Kelompok. Makalah ini kami susun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi dengan Dosen Pengasuh Irma
Idayati, SE., M.Si. Dalam menyajikan Makalah ini kami sengaja menjelaskan
secara praktis dan pokok-pokoknya saja, namun demikian pembahasannya diusahakan
cukup mendalam.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih terdapat kekurangan.
Seiring perkembangan zaman globalisasi ini. Seperti pepatah mengatakan yang
tidak pernah usang “Tiada gading yang tak retak”, oleh karna itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami terima.
Harapan kami, kiranya Makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pihak-pihak yang memerluhkan. Terima kasih kami sampaikan kepada pihak pihak
turut serta dalam mendukung pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kelompok........................................................................ 3
2.2 Klasifikasi Kelompok........................................................................ 4
2.3 Sifat-sifat Kelompok......................................................................... 7
2.4 Alasan Bergabung Dengan Kolompok............................................. 8
2.5 Tahap-tahap Perkembangan Kelompok............................................ 9
2.6 Faktor Penentu Keberhasilan............................................................ 12
2.7 Struktur Kelompok........................................................................... 14
2.8 Bagaimana Pengambilan Keputusan
Dalam Kelompok.................... 17
2.9 Teknik Pengambilan Keputusan
Kelompok...................................... 18
BAB
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 21
3.2 Saran ................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kelompok
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia dalam berbagai kegiatan
apapun manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok
merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak
ditemui kelompok-kelompok seperti ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi
anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kercenderungannya untuk mencari keakraban
dalam kelompok – kelompok tertentu. Di mulai dari adanya kesamaan tugas
pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan
berapakali adanya kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu
sama lain, dan mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.
Tantangan
yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan meningkatnya perubahan adalah
perbedaan individu yang ada di dalam organisasi, yang selanjutnya akan
membentuk prilaku kelompok. Salah satu topik menarik dalam bidang perilaku
organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai perilaku kelompok.
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia, setiap hari manusia akan
terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari
kehidupan organisasi. Hal ini akan saling bersinergi manakala aktifitas akan
bersentuhan satu sama lain dalam membentuk satu capaian yang di inginkan
bersama.
Kelompok
dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan, dan bisa mempengaruhi prilaku
individu dalam satu kondisi organisasi. Perilaku organisasi adalah lebih dari
sekedar kumpulan logika dari perilaku individu. Juga prilaku kelompok yang juga
berinteraksi dan aktivitas dalam kelompok.
1.2
Rumusan
Masalah.
1.
Apa
Pengertian Kelompok?
2.
Apa
Saja Klasifikasi Kelompok?
3.
Apa
Saja Sifat-Sifat Kelompok?
4.
Apa
Alasan Bergabung Dengan Kelompok?
5.
Tahap-Tahap
Apa Saja Yang Mempengarui Perkembangan Kelompok?
6.
Faktor
Apa Saja Penentu Keberhasilan Dalam Kelompok?
7.
Apa
Saja Struktur Dalam Kelompok?
8.
Teknik
Apa Saja Yang Digunakan Dalam Pengambilan Keputusan Kelompok?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian Kelompok.
2.
Mengetahui Klasifikasi Kelompok.
3.
Mengetahui Sifat-Sifat Kelompok.
4.
Mengetahui Alasan Bergabung Dengan Kelompok.
5.
Mengetahui Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok.
6.
Mengetahui Faktor Penentu Keberhasilan.
7.
Mengetahui Struktur Kelompok.
8.
Mengetahui Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kelompok
Pengertian
Kelompok menurut beberapa ahli, diantaranya:
a.
Menurut
Schermerhorn, Kelompok adalah Suatu
kumpulan dua atau lebih orang-orang yang bekerja dengan yang lainnya secara
teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan umum
b.
Menurut
Greenberg dan Baron, kelompok adalah
Sekumpulan dua individu atau lebih yang saling berinteraksi dengan pola hubungan
yang tetap dan saling berbagi tujuan, dan menganggap mereka sebagai suatu
kelompok
c.
Menurut
Kreitner dan Kinicki, kelompok adalah
Sekumpulan orang dengan keahlian yang beragam, dimana mereka sepakat dalam
suatu kegunanaan, tujuan dan pendekatan.
d.
Menurut
Robbin, kelompok adalah Dua atau
lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung
untuk mencapai sasaran tertentu.
e.
Menurut
Gibson, kelompok adalah Dua atau
lebih karyawan yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehinga
perilaku dan atau prestasi anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi
anggota lain.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia kelompok adalah golongan tertentu (profesi,
aliran, lapisan masyarakat, dan sebagainya). Kelompok merupakan kumpulan
manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat istiadat dan sistem
norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu.
Secara
formal kelompok adalah suatu kumpulan dua atau lebih orang-orang yang bekerja
dengan yang lainnya secara teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan umum.
2.2 Klasifikasi Kelompok
Sebelum
kita mengetahui lebih jauh mengenai perilaku kelompok dalam organisasi
sebaiknya kita tahu dan mengerti terlebih dahulu apa pengertian kelompok
itu sendiri. Suatu organisasi dapat didirikan oleh sedikitnya dua orang.
Kelompok yang terdiri atas hanya dua orang saja disebut dyads dan yang
terdiri atas tiga orang saja disebut tryads.
Didalam
suatu keompok belum tentu para anggota mempunyai atribut (sifat-sifat,
ciri-ciri) yang sama. Para anggota kelompok yang mempunyai kesamaan atribut
disebut cohort. Jadi kelompok adalah dua orang atau lebih berkumpul dan
berinteraksi serta saling tergantung untuk mencapai tujuan tertentu.
Kelompok
dapat dibedakan ke dalam berbagai macam, tergantung pada sudut, pensifatan,
tugas, atau pandangan:
1. Kelompok formal (formal group),
adalah kelompok yang sengaja dibentuk dengan keputusan manager melalui bagan
organisasi untuk menyelesaikan suatu keputusan manager melalui bagan organisasi
untuk menyelesaikan suatu tugas secara efisien dan efektif.
2. Kelompok informal (informal
group), adalah kelompok yang tidak dibentuk secara formal melalui struktur
organisasi, yang muncul karena adanya kebutuhan akan kontak sosial.
3. Kelompok komando (command group),
adalah bagian dari kelompok formal. Kelompok komando memiliki definisi yaitu
kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas
rutin organisasi.
4. Kelompok tugas (task group),
adalah suatu kelompok yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas atau
proyek tertentu. Kelompok tugas juga termasuk bagian dari kelompok komando.
5. Kelompok persahabatan, merupakan
bagian dari kelompok informal. Kelompok ini terbentuk karena adanya
kesamaan-kesamaan tentang suatu hal.
6. Kelompok kepentingan, merupakan
kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran yang sama. Kelompok ini juga termasuk
kedalam kelompok informal.
7. Kelompok bagian (department
group), kelompok yang merupakan bagian dari suatu organisasi.
8. Kelompok horizontal (horizontal
group), adalah kelompok yang angota-anggotanya dari jenjang yang sama dari
bagai-bagian dalam organisasi.
9. Kelompok vertical (vertical
group), kelompok ini sama seperti kelompok komando.
10. Kelompok kompleks (complex group),
adalah kelompok yang anggota-anggotanya dari berbagai bagian dan berbagai
jenjang dalam organisasi.
11. Kelompok tertutup (closed group),
ialah suatu kelompok yang anggota–anggotanya tertentu (dan atau tidak dapat di
tambah lagi).
12. Kelompok terbuka (open group),
adalah kelompok yang anggotanya
bebas dapat keluar dan dapat masuk.
13. Kelompok kerja (work group),
merupakan kelompok yang dibentuk oleh pejabat formal suatu organisasi untuk
metransformasi masukan-masukan (inputs) berupa sumberdaya menjadi
hasil-hasil (outputs) berupa produk.
Namun
secara garis besar kelompok itu hanya terbagi menjadi 2 saja, yaitu kelompok
formal dan kelompok informal.
A.
Kelompok
Formal
Kelompok
formal ada dalam setiap organisasi. Kelompok formal (formal group) adalah suatu
sub unit organisasi yang resmi yang didirikan dengan anggaran dasar organisasi
atau dengan surat keputusan manajer. Contoh kelompok formal: kelompok kerja,
panitia, departemen kecil, dan tim proyek. Tujuan kelompok formal:
peraturan-peraturan, keanggotaan, pemilihan pemimpin biasanya ditentukan oleh
organisasi dalam ketentuan-ketentuan atau perintah organisasi ini.
Kelompok
formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok komando (command group) dan
kelompok tugas (task group). Di perguruan tinggi misalnya, biro-biro,
fakultas-fakultas dan unit-unit lainnya yang ada di lingkungan suatu perguruan
tinggi atau departemen yang ada dalam perusahaan.
Anggota
kelompok tugas biasanya berasal dari berbagai unit dalam organisasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan akan keterampilan dan keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas atau proyek tersebut. Panitia penerimaan mahasiswa
baru, panitia ujian semester, panitia wisuda, dan lain-lain yang dilakukan oleh
perguruan tinggi atau satuan tugas yang dibentuk oleh manajer perusahaan untuk
mengendalikan/menurunkan biaya operasional sebesar 10% misalnya contoh dari
kelompok tugas.
B.
Kelompok
Informal
Kelompok
informal (informal group) juga dapat ditemukan dalam setiap organisasi.
Kelompok-kelompok ini berkembang menyimpang dari rancangan organisasi yang
ditetapkan secara resmi dan kelompok informal hidup sebagai subkultur yang
relatif berkuasa atau dominan dalam organisasi. Ada kelompok informal yang
terdiri dari para manajer disamping kelompok-kelompok informal yang terdiri
dari para pekerja non-pengawas.
Kelompok
informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok persahabatan dan kelompok
kepentingan. Kelompok persahabatan terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan
tentang suatu hal, seperti kesamaan hobi, status perkawinan, jenis kelamin,
latar belakang, pandangan politik dan lain sebagainya.
Kelompok
kepentingan, yaitu kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran yang sama.
Sasaran jenis kelompok ini tidak berkaitan dengan tujuan organisasi tetapi
semata-mata untuk mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.
Kelompok-kelompok
informal memenuhi bermacam-macam kebutuhan para pekerja. Keanggotaan dalam
kelompok informal memberikan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan–kebutuhan
sosial, seperti: berkawan, kasih-sayang serta pembinaan atau pendidikan.
Fungsi
khusus kelompok informal yang penting adalah pengaturan perilaku sosial dan
kerja. Meskipun beberapa norma aktivitas sosial diciptakan oleh organisasi dan
oleh kebudayaan luar, namun terdapat kebutuhan untuk mengoperasikan norma-norma
tersebut dalam situasi kerja.
Pentingnya
kelompok-kelompok informal sebagai sumber pengaruh atas perilaku dan
pelaksanaan kerja pekerja telah dipertunjukan dalam studi Hawthorne tahun
1930-an. Salah satu diantara studi tersebut (Bank Wiring Room),
sekelompok laki-laki yang memasang kabel dan menyorder panel telepon diteliti
dalam kurun waktu beberapa bulan.
2.3 Sifat-Sifat Kelompok
Menurut
Gibson tidak ada definisi umum yang diterimah mengenai keberadaan kelompok.
Oleh sebab itu, dari perpektif yang berbeda dikembangkan suatu definisi yang
komprehensif mengenai satu kelompok, yang penekanannya lebih pada sifat-sifat
kelompok yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok dari sisi persepsi adalah
bahwa kumpula individu dianggap sebagai suatu kelompok, apabila terjadi
interaksi satu dengan yang lain dalam satu pertemuan, yang masing-masing
anggota menerima persepsi dari anggota lain yang berbeda.
2. Kelompok dari sisi organisasi adalah
karasteristik kelompok penting seperti peran dan norma.
3. Kelompok dari sisi motivasi adalah
kelompok yang gagal dari membantu anggotanya dalam memuaskan kebutuhan mereka
akan menganggu semangat mereka.
4. Kelompok dari sisi interaksi adalah
interaksi dalam bentuk interpedensi adalah mengelompokan, pandangan ini menitik
beratkan pada interaksi interpersonal.
Keempat
pandangan di atas penting, karena merupakan ciri utama dari suatu kelompok.
Apabila satu kelompok berada dalam satu organisasi, makan anggotanya akan
termotivasi bergabung merasakan bahwa kelompok merupakan suatu kesatuan unit
orang yang berinteraksi, berkontribusi dalam berbagai jumlah proses kelompok,
dan mencapai kesepakatan atau tidak melalui berbagai interaksi.
2.4 Alasan Bergabung Dengan Kelompok
Terdapat
beberapa alasan mengapa seseorang lebih memilih bekerjasama dengan kelompok
dari pada kerja sendiri. Diantaranya adalah:
1.
Rasa
aman
Salah satu alasan mengapa seseorang menjadi anggota suatu
kelompok adalah untuk mendapatkan rasa aman dari ancaman. Orang yang tergabung
dalam suatu kelompok posisinya akan lebih kuat dari pada sendirian. Selain itu,
mereka juga akan terhindar dari perlakuan-perlakuan yang kurang menguntungkan
dari orang lain terutama pimpinan. Pemimpin organisasi tentu memperhatikan
lebih serius suara-suara yang disampaikan oleh kelompok daripada disampaikan
secara perorangan.
2.
Status
Dengan bergabung dalam suatu kelompok seseorang merasakan
adanya pengakuan dari lingkungannya bahwa isa memiliki status tertentu sesuai
dengan status yang disandang oleh kelompoknya.
3.
Harga
Diri
Seseorang bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan status
atau harga dirinya. Dengan bergabung dalam kelompok tersebut maka
anggota-anggotanya akan merasa harga diri dan statusnya menjadi semakin tinggi
di masyarakat meskipun belum tentu masyarakat menilainya seperti itu
4.
Afiliasi
Interaksi
secara formal yang terjadi dalam organisasi tidak dapat dilakukan secara intens
atau erat karena kesibukan masing-masing dalam melaksanakan tugasnya. Dengan menjadi
anggota suatu kelompok maka interaksi yang terjadi dapat lebih erat, lebih
bersahabat dan akrab.
5.
Kekuatan
Bagi seseorang yang ingin menggunakan pengaruhnya terhadap
orang lain, kelompok memberikan kekuatan tanpa wewenang formal dari organisasi.
Sebagai pemimpin kelompok seseorang dapat mempengaruhi anggota kelompoknya.
Bagi yang memiliki kebutuhan akan kekuasaan, kelompok merupakan wadah untuk
pemenuhannya. Selain itu kekuatan yang tidak dapat dicapai secara individu
dapat tercapai dengan adanya kelompok.
6.
Pencapaian
Tujuan
Orang-orang yang bekerjasama dalam suatu kelompok karena
mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan yang
penting. Secara fisik da mental intelektual dengan bekerjasama dalam wadah
kelompok tujuan-tujuan tersebut akan lebih mudah tercapai. Secara fisik tenaga
yang terhimpun oleh kelompok lebih besar dan secara mental intelektual ide,
gagasan maupun pendapat akan lebih berkualitas dan memberikan kontribusinya
terhadap keberhasilan kelompok.
2.5 Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok
Kelompok
biasanya berkembang melalui sebuah urutan terstandar dalam evolusi mereka. Kita
menyebut model ini model lima tahap perkembangan kelompok. Meskipun riset
mengindikasikan bahwa tidak semua kelompok mengikuti pola ini, model tersebut adalah
sebuah kerangka kerja yang berguna untuk memahami perkembangan kelompok. Dalam
bagian ini, kita mendeskripsikan model umum yang terdiri atas lima tahap
tersebut dan sebuah model alternatid untuk kelompok – kelompok sementara dengan
tenggar waktu.
Seperti
diperlihatkan pada gambar model lima tahap perkembangan kelompok (five –
stage – group – development – model) menyebutkan karakteristik perkembangan
kelompok dalam lima tahap yang berbeda pembentukan, timbulnya konflik,
normalisasi, hasil berupa kinerja, dan pembubarannya?
1)
Tahap
Pembentukan (forming)
Memiliki
karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan
kelmpok tersebut. Para anggotanya “menguji kedalam air” untuk menentukan jenis
– jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya
mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2)
Tahap
Timbulnya Konflik (Strorming)
Satu
dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok
tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan
kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat konflik
atas siapa yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai,
terdapat sebuah hierarki yang relatif kelas atas kepemimpinan dalam kelompok
tersebut.
3)
Tahap
Normalisasi
Tahap
ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok
tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang
kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming
stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan
kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas
perilaku anggota.
4)
Tahap
Performing (Berkinerja)
Pada
titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi
kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi
mengerjakan tugas yang ada.
5)
Tahap
Adjourning Stage (Pembubaran)
Untuk
kelompok – kelompok kerja yang permanen, berkinerja adalah tahap terakhir dalam
perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan
kelompok - kelompok kerja yang mempunyai tugas yang terbatas untuk
dilakukan, terdapat tahap pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut
mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi
menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan
untuk menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam
tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang – senang dalam
persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja
tersebut.
Kebanyakan
orang yang menginterprestasikan model lima tahap tersebut berasumsi bahwa
sebuah kelompok menjadi semakin efektif seiring kelompok tersebut bergerak
melalui empat tahap. Meskipun asumsi ini mungkin secara benar, apa yang membuat
sebuah kelompok efektif adalah lebih kompleks dari yang dikenali oleh model
ini. Di bawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi mungkin baik untuk
kinerja kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat mengharap untuk menemukan situasi
di mana kelompok – kelompo itu dalam tahap II berpenampilan lebih baik
dibandingkan mereka yang berada pada Tahap III dan IV. Dengan cara serupa,
kelompo – kelompok tidak selalu beproses dengan jelas dari satu tahap ke tahap
selanjutnya. Kadang – kadang, pada kenyataannya, beberapa tahapan berjalan pada
waktu yang bersamaan, seperti kelompok yang mengalami konflik dan tampilan
waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap sebelumnya.
Jadi, pendukung yang paling kuat dari model ini sekalipun tidak mengasumsikan
bahwa semua kelompok mengikuti proses lima tahap secara tepat atau bahwa tahap
IV selalu yang paling diinginkan.
Masalah
lainnya dari model lima tahap, terkait pemahaman perilaku yang berhubungan
dengan pekerjaan, adalah penelitian atas awak kokpit dalam sebuah pesawat
terbang menemukan bahwa, dalam 10 menit, tiga orang yang tidak saling mengenal
yang ditugaskan untuk terbang bersama untuk pertama kali menjadi sebuah
kelompok yang sangat cepat ini adalah konteks organisasional yang kuat yang
melingkupi tugas dari awak kokpit. Konteks ini memberikan atauran, definisi
tugas, informasi, dan sumber – sumber daya yang diperlukan bagi kelompok
tersebut untuk tampil. Mereka tidak butuh untuk mengembangkan sumber daya,
memecahkan konflik, dan menentukan norma – norma seperti yang diramalkan model
lima tahap.
2.6 Faktor Penentu Keberhasilan
Faktor-faktor
yang menyebabkan suatu kelompok lebih sukses dari kelompok lain adalah karena
kemampuan anggota kelompok, ukuran kelompok, tingkat konflik, dan tekanan
internal pada anggota untuk menyesuaikan diri pada norma kelompok. Setiap
kelompok kerja dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan kondisi internalnya.
a)
Kondisi
eksternal pada kelompok
Semua
kelompok kerja dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang dipaksakan dari luar.
Kondisi eksternal ini mencakup:
Ø Strategi Organisasi
Strategi
keseluruhan organisasi yang meliputi tujuan-tujuan organisasi dan cara-cara
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh manajemen puncak.
Ø Struktur Otoritas
Ketentuan
mengenai otoritas yang dimiliki oleh setiap bagian / setiap individu dalam
suatu organisasi karena setiap individu atau kelompok memiliki otoritas yang
berbeda-beda, seperti: siapa melapor kepada siapa, siapa yang mengambil
keputusan, atau keputusan apakah yang pengambilannya diberikan kepada individu
atau kelompok.
Ø Peraturan formal
Oraganisasi
menciptakan aturan, prosedur, kebijakan, dan ragam lain untuk membakukan
perilaku karyawan. Hal ini dilakukan untuk membuat konsistensi perilaku
karyawan dan bisa diprediksikan apa yang akan dilakukan kelompok kerja karyawan
tersebut.
Ø Sumber Daya Organisasional
Merupakan
sumber daya uang, waktu, bahan mentah, peralatan yang dialokasikan oleh
organisasi pada kelompok. Sumber daya organisasional berpengaruh terhadap
perilaku organisasi.
Ø Proses Seleksi Personil
Kriteria-kriteria
tertentu yang digunakan dalam proses merekrut karyawan yang akan menentukan
siapa yang akan ditempatkan ke dalam suatu kelompok kerja.
Ø Evaluasi Kinerja dan Sistem Ganjaran
(imbalan)
Proses
melakukan evaluasi terhadap hasil kerja anggota kelompok setelah dievaluasi,
maka perlu diteruskan dengan system ganjaran (imbalan) akan hasil evaluasi
tersebut.
Ø Budaya Organisasi
Merupakan
standar perilaku untuk karyawan mengenai perilaku yang dapat diterima dengan
baik atau yang tidak dapat diterima, seperti cara berpakaian, peraturan
organisasi, perilaku jujur, integritas, dan semacamnya.
Ø Tataran Fisik Kerja
Tataran
fisik kerja yang dipaksakan ke kelompok oleh pihak-pihak eksternal mempunyai
landasan kerja yang penting bagi perilaku kelompok kerja. Seperti arsitek yang
menentukan tata letak ruang kerja untuk mengurangi gangguan suara dan
sebagainya
b)
Sumber
Daya Anggota Kelompok
Ada
dua sumber daya yang berperan sangat penting pada anggota individu, yaitu:
Ø Kemampuan
Ada
hubungan antara kemampuan intelektual (pengetahuan) dan keterampilan dengan
relevansi terhadap tugas terhadap kinerja kelompok.
Ø Karakteristik Kepribadian
Ada
hubungan antara karakteristik kepribadian yang positif dalam budaya terhadap
produktivitas, semangat, dan kekohesifan kelompok.
2.7 Struktur Kelompok
Kelompok
kerja bukanlah gerombolan yang tidak terorganisasi. Mereka mempunyai struktur
yang membentuk perilaku anggotanya dan memungkinkan untuk menjelaskan dan
meramalkan sebagian besar perilaku individu di dalam kelompok maupun kinerja
kelompok itu sendiri.
1. Kepemimpinan Formal
Orang
ini umumnya mempunyai jabatan seperti misalnya manajer unit, manajer bagian,
penyelia, mandor, pimpinan proyek, kepala satuan tugas, ataupun ketua komite.
Pemimpin ini dapat memainkan peranan penting dalam keberhasilan kelompok.
2. Peran
Peran
adalah seperangkat pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki
posisi tertentu dalam unit sosial tertentu. Pemahaman perilaku peran secara
dramatis akan disederhanakan jika masing-masing dari kita memilih satu peran
dan memainkannya secara teratur dan konsisten.
Ø Identitas peran. Ada sikap dan
perilaku aktual tertentu yang konsisten dengan peran dan menciptakan identitas
peran. Orang mempunyai kemampuan untuk dengan cepat beralih peran bila mereka
menyadari bahwa situasi dan tuntutannya jelas-jelas membutuhkan perubahan
besar.
Ø Persepsi Peran. Pandangan seseorang
mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam situasi tertentu
disebut persepsi peran. Berdasarkan penafsiran atas bagaimana kita meyakini
bagaimana seharusnya perilaku kita, kita terlibat ke dalam tipe-tipe perilaku
tertentu.
Ø Pengharapan Peran. Pengharapan peran
didefinisikan sebagai bagaimana orang lain meyakini apa seharusnya tindakan
anda dalam situasi tertentu. Bagaimana anda berprilaku, sebagian besar
ditentukan oleh peran yang didefinisikan dalam konteks tindakan anda.
Ø Konflik Peran. Bila individu
dihadapkan pada pengharapan peran yang berlainan, akibatnya adalah konflik
peran. Konflik ini muncul bila individu menemukan bahwa patuh pada tuntutan
satu peran menyebabkan dirinya kesulitan mematuhi tuntutan peran lain. Dalam
keadaaan ekstrem, itu akan mencakup situasi di mana dua atau lebih pengharapan
peran saling berlawanan.
3.
Norma
Semua
kelompok telah menegakkan norma, yaitu standar perilaku yang dapat diterima
yang digunakan bersama oleh anggota kelompok. Norma ini memberitahu para
anggota apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan pada situasi dan
kondisi tertentu. Dari titik pandang individu, norma itu mengatakan apa yang
diharapkan dari anda dalam situasi tertentu. Bila disepakati dan diterima oleh
kelompok, norma bertindak sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku anggota
kelompok dengan pengawasan eksternal yang minimal. Norma berbada di antara
kelompok-kelompok, komunitas dan masyarakat, tetapi semuanya mempunyai norma.
4.
Status
Yaitu
posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan ke kelompok
atau anggota kelompok oleh orang lain.
·
Status
dan Norma. Telah ditunjukkan bahwa status mempunyai beberapa pengaruh yang
menarik terhadap kekuatan norma dan tekanan untuk penyesuaian. Orang-orang
berstatus-tinggi juga lebih mampu bertahan terhadap tekanan konformitas dari rekan
sekerja mereka dibandingkan dengan status lebih-rendah. Individu yang dinilai
tinggi oleh kelompok kerja tetapi tidak banyak memerlukan atau mempedulikan
imbalan sosial yang diberikan oleh kelompok secara khusus akan mampu
memperhatikan secara minimal norma-norma konformitas.
·
Kesetaraan
Status. Penting bagi anggota kelompok untuk meyakini bahwa hierarki status itu
setara. Jika dipersepsikan adanya kesetaraan, terciptalah ketidakseimbangan
yang terjadi dalam berbagai jenis perilaku korektif.
·
Status
dan Budaya. Pentingnya status bervariasi di antara berbagai budaya. Prancis
misalnya, sangat sadar status. Selain itu, negara-negara berlainan mengenai
kriteria yang menciptakan status. Pesannya di sini adalah untuk memastikan
bahwa anda memahami siapa dan apa yang menentukan status bila berinteraksi
dengan orang dari budaya yang berbeda dari budaya anda.
5. Ukuran
Apakah
ukuran kelompok mempengaruhi perilaku keseluruhan kelompok itu? Jawaban atas
pertanyaan itu adalah “Ya” definitif, tetapi efeknya bergantung pada variabel
bergantung mana yang anda perhatikan.
Bukti-bukti
misalnya menunjukkan, misalnya, bahwa kelompok kecil lebih cepat menyelesaikan
tugas daripada kelompok besar. Tetapi jika kelompok itu bekerja dalam pemecahan
masalah, kelompok besar secara konsisten mendapat nilai yang lebih baik
daripada kelompok yang kecil.
6. Komposisi.
Kebanyakan
kegiatan kelompok menuntut aneka ragam keterampilan dan pengetahuan. Dengan
adanya tuntutan ini, bisa disimpulkan bahwa kelompok heterogen-kelompok yang
terbentuk dari individu-individu yang tidak mirip-akan lebih besar
kemungkinannya untuk mempunyai kemampuan dari informasi yang beraneka dan
seharusnya lebih efektif.
7. Kepaduan.
Kelompok
– kelompok itu berbeda menurut kepaduan [cohesiveness] mereka, yakni sejauh mana
para anggota tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap di dalam
kelompok. Studu-studi secara konsisten memperlihatkan bahwa hubungan kepaduan
dan produktivitas tergantung pada norma-norma yang berkaitan dengan kinerja
yang dibangun oleh kelompok.
2.8 Bagaimana Pengambilan Keputusan
Dalam Kelompok
Hal-hal
berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat keputusan tak
terprogram, yaitu:
·
Penetapan
tujuan: kelompok lebih unggul dibandingkan individu sebab kelompok memiliki
pengetahuan lebih banyak dibandingkan individu.
·
Identifikasi
alternatif: usaha individu sebagai bagian dari anggota kelompok akan merangsang
pencarian lebih luas diberbagai area fungsional di organisasi.
·
Evaluasi
alternatif: pertimbangan kolektif dari kelompok dengan berbagai sudut pandang
lebih unggul dibanding individu.
·
Memilih
alternatif: interaksi kelompok dan pencapaian konsensus biasanya menghasilkan
penerimaan resiko lebih besar dibanding individu. Keputusan kelompok juga
biasanya lebih dapat diterima sebagai hasil dari partisipasi bersama.
·
Implementasi
keputusan: dibuat oleh kelompok atau tidak, penyelesaian biasanya dilakukan
oleh seorang saja manajer. Individu bertanggungjawab untuk implementasi
keputusan kelompok.
Menurut
Mansoer (1989:69) ada beberapa kelebihan keputusan kelompok dibandingkan dengan
keputusan individual, antara lain:
1. Informasi yang lengkap lebih mungkin
diadakan. Dalam kelompok terhimpun banyak pengalaman dan pandangan daripada
seorang.
2. Banyak alternatif yang muncul,
karena kelompok mempunyai informasi banyak dalam jumlah dan ragamnya dan dapat
mengidentifikasi lebih banyak kemungkinan. Lebih-lebih lagi kelompok itu
terdiri atas berbagai keahlian dan latar belakang pengalaman.
3. Keputusan kelompok lebih berterima.
Hal ini disebabkan karena keputusan kelompok lebih menelaah banyak pandangan
dan pendapat, sehingga keputusannya lebih besar kemungkinan mendapat
persetujuan lebih dari banyak orang.
4. Meningkatkan kesempatan
terlaksananya hak orang banyak. Keputusan kelompok lebih sesuai dengan hak
demokrasi. Mengingat banyak kesempatan oleh manajer untuk mengambil keputusan
sendiri, maka mengambil kebijaksanaan untuk memberi kesempatan kepada orang
lain yang ahli untuk turut mengambil kebagian dalam pengambilan keputusan,
adalah merupakan upaya meningkatkan legistimasi orang lain.
Selain
memiliki kelebihan, pengambilan keputusan secara kelompok juga tidak lepas dari
beberapa kelemahan, di antaranya adalah:
1. Memakan waktu. Keputusan kelompok
diperoleh dari hasil diskusi yang panjang, banyak waktu dipakai untuk
rapat-rapat, sedangkan pengambilan keputusan sendiri oleh manajer bisa diambil
dalam waktu singkat, tepat pada saat masalahnya timbul.
2. Dominasi minoritas. Tidak mungkin
dalam satu kelompokterwakili semua kepentingan dalam organissi dan seringkali
hanya terdiri atas segelintir orang saja. Kesempatan ini oleh para anggota
kelompok sering digunakan untuk memenangkan kepentingan orang-orangtertentu
dalam organisasinya yang sengaja atau tidak sengaja diwakilinya. Ada
kecenderungan dia mendominasi kepentingan orang terbanyak.
3. Tekanan untuk menyesuaikan. Dalam
kelompok ada saja golongan yang mempunyai pengaruh dan menekan kelompok untuk
menyesuaikan diri dengan kehendaknya.
4. Tanggung jawab tersamar. Pada
keputusan individual jelas siapa yang bertanggung jawab, tapi pada keputusan
kelompok dari mereka (para anggota) tidak bisa dimintai pertanggung jawaban
perorangan. Tanggung jawab perorangan luluh dalam tanggung jawab bersama.
2.9 Teknik Pengambilan Keputusan
Kelompok
1. Brainstorming: adalah teknik yang
memacu kreativitas dengan memunculkan ide melalui diskusi nonkritikal.
2. Delphi Process: Teknik yang memacu
kreatifitas dengan menggunakan berbagai pertimbangan ide untuk mencapai
konsensus keputusan.
3. Nominal Grup Technique: Teknik yang
memacu kreativitas dengan mengarahkan orang pada pertemuan terstruktur memalui
sedikit komunikasi verbal.
Dalam
tugas kelompok, sumbangan setiap individu tidak nampak jelas karena ada
individu yang mengurangi upayanya sehingga hasil yang diperoleh oleh kelompok
maksimal tetapi ada juga individu yang menciptakan keluaran (ouput) lebih besar
dari pada masukan (input).
1.
Sinergi
Sinergi
adalah tindakan dua atau lebih substansi yang menghasilkan dampak atau efek
yang berbeda dari penjumlahan masing-masing substansi itu. Seperti: kemalasan social
memperlihatkan sinergi yang negative.
2. Efek Fasilitas Sosial
Efek
fasilitas social mengacu pada kecenderungan membaik atau memburuknya kinerja
sebagai respons atas kehadiran orang lain.
CONTOH KASUS
Diskriminasi Pasca Tragedi 11
September 2001
Kurang dari dua bulan seteah teroris
menyerang World Trade Centre dan Pentagon, para pejabat keamanan dan pusat
penyortiran FedEx di Bandara New York menjadi gelisah ketika mendengar desas
desus bahwa salah seorang dari mekanik kontrak perusahaan, Osama Sweilan secara
periodik menghilang kedalam ruang simulator penerbangan perusahaan. Petugas
keamanan itu cepat melakukan interogasi. Sweilan 35 tahun, kelahiran mesir itu
dengan gugup menjelaskan bagaimana dia kadang-kadang harus masuk keruang itu
untuk memastikan bahwa pipa yang dia betulkan tidak bocor. Dia juga sering
cepat-cepat menelepon istrinya. Bahkan dia kadang harus berdoa.
Para pejabat FedEx terus mendesak
dia, menanyai dia tentang keyakinan soal politik dan Osama bin Laden. Setelah
itu mereka menyita tanda pengenalnya dan memberitahu perusahaan Outsourcing
Sweilan bahwa dia tidak lagi diterima di pekerjaan yang sudah digelutinya
selama 16 bulan tersebut.
Seharusnya dalam kasus ini,
Perusahaan FedEx harus bertindak tegas dan lebih prrofesional. Karena Ilegal
bagi majikan untuk melakukan diskriminasi tersebut. Korbannya bukan hanya
berdampak pada Sweilan, namun juga pekerja yang berasal dari negara timur juga.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perilaku
kelompok merupakan respon – respon anggota kelompok terhadap struktur sosial
kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia
organisasi maka karateristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan
pribadi, penghargaan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Banyak teori yang
mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuknya kelompok. Mulai
dari anggapan adanya kedekatan ruang kerja maupun tempat tinggal mereka, sampai
kepada alasan-alasan praktis.
Di
dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri mereka
sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan umum, dan
mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk mengejar
tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu.
3.2
Saran
Sebaiknya
setiap anggota kelompok yang masuk bergabung dengan sebuah organisasi baik itu
organisasi besar maupun kecil haruslah bisa beradapsi dengan keadaan organisasi
tersebut dan hanya mempertahankan prilaku yang baik saja sewaktu berada dalam
kelompok ke dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Winahyuningsih,Panca.
Perilaku Organisasi. 2017
http://kulpulan-materi.blogspot.co.id/2013/01/tahap-tahap-perkembangan-kelompok.html. (28 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar