Rabu, 13 Desember 2017

PEMBAGIAN ILMU EKONOMI



PEMBAGIAN ILMU EKONOMI

Ilmu ekonomi dibagi dalam 3 kategori dengan rincian sebagai berikut :
1.      Ilmu Ekonomi Deskriptif
2.      Ilmu Ekonomi Teori, terdiri atas :
a.       Ilmu Ekonomi Makro
b.       Ilmu Ekonomi Mikro
3.       Ilmu Ekonomi Terapan

1.      ilmu Ekonomi (Descriptive Economics), yaitu ilmu ekonomi yang mengumpulkan semua kenyataan penting yang berhubungan dengan suatu persoalan ekonomi atau topik tertentu

2.      Ilmu Ekonomi Teori (Economic Theory), dibedakan menjadi :
1.      Ilmu Ekonomi Makro, adalah ilmu ekonomi yang mempelajari kehidupan ekonomi nasional sebagai suatu keseluruhan. Analisis bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian.
2.      Ilmu Ekonomi Mikro, adalah ilmu ekonomi yang secara khusus mempelajari bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian. Misalkan membahas masalah pasar, perusahaan, harga komoditas tertentu, dll.

3. Ilmu Ekonomi Terapan (Applied Economics), adalah ilmu ekonomi yang menggunakan kerangka pengertian dari analisis ekonomi teori untuk merumuskan kebijakan-kebijakan pedoman yang tepat untuk mengatasi masalah ekonomi tertentu.

Tahun 1930 terjadi pembagian ilmu ekonomi yaitu Ekonomi Makro (macroeconomics) dan (microeconomics)
Hingga 1930 sebagian besar analisis ekonomi terfokus pada industri dan perusahaan. Ketika terjadi Depresi Besar pada tahun 1930-an, dan dengan perkembangan konsep pendapatan nasional dan statistik produk, bidang ekonomi makro mulai berkembang. Saat itu, gagasan-gagasan yang terutama berasal dari John Maynard Keynes, yang menggunakan konsep aggregate demand untuk menjelaskan fluktuasi antara hasil produksi dan tingkat pengangguran, sangat berpengaruh dalam perkembangan bidang ini. Keynesianisme didasarkan pada gagasan-gagasannya.

Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.

Permasalahan yang dihadapi oleh ekonomi makro adalah :
a.       Kemiskinan dan pemerataan
b.       Krisis nilai tukar
c.       Hutang luar negeri
d.       Perbankan, kredit macet
e.       Inflasi
f.        Pertumbuhan ekonomi
g.       Pengangguran

Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan.

Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.  Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).

Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.

Penerapan ekonomi mikro :
1.       Teori konsumsi
2.       Teori produksi dan harga
3.       Kesejahteraan ekonomi
4.       Organisasi industri
5.       Kegagalan pasar
6.       Ekonomi finansial
7.       Perdagangan internasional

TEORI EKONOMI MAKRO : PENGERTIAN – CONTOH DAN PENJELASANNYA:
Pada dasarnya teori ekonomi makro adalah sebuah teori yang mempelajari dan mambahas tentang segala peristiwa, fenomena atau masalh-masalah yang terkait dengan ekonomi secara keseluruhan atau dalam ruang lingkup besar. Ekonomi makro juga merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang memfokuskan kajian terhadap mekanisme kerja perekonomian suatu bangsa secara menyeluruh.

Karena pada dasarnya ekonomi makro memiliki tujuan ekonomi makro adalah untuk mengerti dan memahami peristiwa atau kejadian seputar perekonomian dan berusaha untuk membuat suatu rumusan yang menjadi solusi untuk memperbaiki kebijakan ekonomi yang ada. Hubungan yang dibahas di dalam ekonomi makro meliputi hubungan antar variabel yang agregatif, adapun hubungan tersebut, antara lain :
  • Tingkat pendapatan nasional
  • Konsumsi yang dilakukan rumah tangga
  • Investasi nasional (pemerintah atau swasta)
  • Tingkat tabungan (institusi atau individu)
  • Belanja pemerintah (APBN atau APBD)
  • Tingkat harga (harga umum atau harga pasar)
  • Jumlah uang yang beredar dalam masyarakat.
  • Tingkat bunga yang didapat
  • Kesempatan kerja dan lapangan pekerjaan
  • Neraca pembayaran
  • Ekspor dan impor

Selanjutnya kita akan membahs tentang kajian kajian yang dibahas dalam ekonomi makro, ada beberapa aspek yang dikaji di dalamnya, antara lain :

1.      Inflasi (kenaikan harga)
Inflasi merupakan suatu kejadian yang sering terjadi dalam dunia perekonomian. Pada dasarnya inflasi merupakan peristiwa dimana semua harga naik dan terjadi terus menerus dan bersifat umum. kenaikan harga ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sumber daya alam yang semakin menipis, pajak yang diterapkan pemerintah tinggi, biaya produksi tinggi dan masih banyak lainnya. Namun tidak semua kenaikan harga bisa dikatakan inflasi, kenaikan harga baru bisa dikatakan inflasi jika terjadi secara keseluruhan atau umum dan dalam jangka watu yang terus menerus. Inflasi merupakan pokok permasalahan yang menjadi fokus utama analisis ekonomi makro karena gejala-gejala inflasi menunjukkan efisiensi perekonomian secara keseluruhan.

2.      Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi menunjukkan bahwa kondisi perekonomian tersebut baik. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan titik keseimbangan, dimana jumlah permintaan suatu produk baik barang atau jasa sama dengan penawaran pada suatu produk tersebut. Pertumbuhan ekonomi menjadi pembahasan ekonomi makro karena pertumbuhan ini akan menyebar ke seluruh aspek ekonomi suatu negara.

3.      Tingkat pengangguran
Pengangguran merupakan salah satu masalah besar yang akan mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara. Pihak-pihak yang bisa disebut dengan pengangguran adalah seseorang yang belum mendapat pekerjaan ataupun yang sedang mencari sebuah pekerjaan. Pengangguran menjadi salah satu fokus kajian ekonomi makro karena jika tidak segera diselesaikan maka akan mempengaruhi kinerja perekonomian secara keseluruhan.

4.      Kerjasama antar negara di dunia
Kerjasama antar negara khsusunya dalam perekonomian dunia menjadi salah satu fokus kajian ekonomi makro, karena interaksi yang ada akan menghasilkan situasi dan kondisi yang baik dalam jalannya perekonomian suatu negara. Kerjasama ini contohnya ekspor dan impor. Interaksi antar negara dalam perekonomian dunia memiliki dampak baik ataupun buruk, hal ini bisa di analisis melalui neraca pembayaran ataupun tingkat nilai tukar uang. Untuk itu kerjasama antar negara di dunia perekonomian menjadi salah satu fokus kajian ekonomi makro karena akan mempengaruhi perekonomian secara menyeluruh.

5.      Perjalanan siklus ekonomi
Siklus ekonomi diartikan sebagai perjalanan ekonomi suatu negara, pastinya ada naik turunnya. Mengapa siklus ekonomi menjadi kajian dari ekonomi makro, karena dampak-dampak yang ditimbulkannya memberikan dampak yang cukup besar. Misalkan adanya resesi ekonomi yang berjalan terus menerus akan membuat perekonomian suatu negara sulit menjalankan fungsinya. Sebaliknya akspansi yang berkepanjangan akan memancing terjadinya inflasi. Untuk itulah siklus ekonomi ini tidak bisa diremehkan.

Itulah beberapa masalah yang menjadi fokus kajian ekonomi makro, hal-hal tersebut menjadi kajian karena memberikan dampak pada perekonomian secara menyeluruh. Pada dasarnya ekonomi makro memiliki beberapa kebijakan sebagai landasan untuk mengatasi dan menganalisis permasalahan-permasalahan ekonomi yang memiliki ruang lingkup besar. Adapun kebijakannya antara lain :
  1. Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan yang bertugas untuk mengatur tentang pendapatan dan pengeluaran dari pemerintahan. Dalam hal pendapatan pemerintah sumbernya adalah dari pajak, bukan pajak serta bantuan atau pinjaman dari negara lain. Sedangkan pengeluaran dari pemerintah dibagi menjadi 2 sesuai dengan jangka waktu penggunaannya, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.pengeluaran rutin seperti kegiatan impor, belanja dan lainnya. Sedangkan pengeluaran pembangunan berupa pembangunan infrastuktur, pembangunan di bidang pendidika, ekonomi dan lainnya. Selain itu kebijakan fiskal juga bisa diartikan sebagai kebijakan yang memiliki hubungan dengan pengelolaan uang negara yang bersumber dari pendapatan dan pengeluaran yang diatur dalam APBN.
Kebijakan fiskal memliki dua instrumen, yaitu
·         Automatic instrument
Instrumen ini merupakan salah satu instrumen yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara dengan menaikkan presentase atau nilai pajak dengan tujuan untuk memunculkan kenaikan harga suatu barang secara umum dan lebih jauh nanti tingkat inflasi akan naik.selain itu kebijakan ini memiliki tujuan lain yaitu untuk mengurangi atau meminimalisasi defisit anggaran pemerintah. Hal tersebut tentunya akan memberatkan masyarakat dengan kenaikan pajak ini, namun dibalik semua itu kebijkan ini akan menghasilkan dampak baik, perubahan menuju ke arah kebaikan untuk mendorong investasi yang produktif

·         Instrumen dekreasi
Instrumen ini merupakan langkah-langkah pemerintah dalam mengubah pengeluarannya dengan tujuan untuk meminimalisasi naik turunnya kegiatan perekonomian agar tetap berjalan dengan lancar dan stabil. Hal ini dilakukan dengan tujuan memang semata untuk menghadapi inflasi yang terjadi. Contohnya adalah ketika pemerintah menaikkan pajak agar jumlah uang yang beredar di dalam masyarakat berkurang.

Pada dasarnya kebijakan fiskal dibagi menjadi dua yaitu :
  1. Untuk jangka pendek
Untuk jangka pendek kebijakan fiskal ini memiliki beberapa tugas yang harus yang diselesaikan, antara lain :

·         Membuat perubahan yang berkaitan dengan pembelanjaan atau pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah, hal ini dilakukan dengan tujuan pemerintah mampu menghemat pengeluarannya agar tidk sampai terlibat dalam hutang dengan pihak lain.
·         Membuat perubahan yang berkaitan dengan perubahan nilai pajak atau jumlah pajak yang diterapkan oleh pemerintah. Hala ini dilakukan menyesuaikan dengan situasi yang ada. Kenaikan atau penurunan pajak akan memberikan dampak positif dan negatif, salah satu contohnya ketika pajak naik maka devisa negara akan meningkat, namun di sisi lain para perusahaan atau produsen akan pusing karena harga bahan baku akan meningkat dan minat dari konsumen juga tidak menentu.

  1. Untuk jangka panjang
Sedangkan untuk jangka panjang kebijakan fiskal yang dilakukan oleh ekonomi makro, antara lain :
·         Kebijakan penstabilan otomatis, hal ini diartikan sebagai langkah untuk menjalankan sistem pajak yang telah ada sebelumnya, misalkan pemerintah menerapkan sistem pajak progresif dan proporsional.

·         Kebijakan fiskal diskresioner, istilah ini memiliki arti merubah sesuatu yang ada, hal ini berbeda dengan kebijakan otomatis yang menggunakan sesuatu yang ada, kebijakan diskresioner ini lebih condong pada perubahan pada sistem yang dianggap kurang efektif. Misalkan, pemerintah membuat undang-undang, pemerintah mengamandemen undang-undang, dan lain sebagainya.

  1. Kebijakan moneter
Kebijakan moneter salah satu kebijakan yang dimiliki oleh ekonomi makro. Kebijakan moneter merupakan langkah-langkah yang dilaksanakan oleh bank bank baik itu bank sentral atau yang sering disebut dengan Bank Indonesia dengan tujuan untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Jumlah uang yang beredar dalam masyarakat mampu mempengaruhi kondisi perekonomian di masyarakat. Semakin tinggi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat maka harga produk, namun jika uang yang beredar dalam masyarakat berkurang maka harga suatu produk pun akan naik. Selain itu kebijakan moneter juga bisa disebut dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan tujuan untuk menciptakan sebuah stabilitas ekonomi. Pada dasarnya kebijakan ini memiliki prinsip untuk mengelola uang yang beredar pada masyarakat tetap pada posisi normal yang tentunya bisa menciptakan sebuah kemakmuran dalam masyarakat. Kebijakan moneter memiliki beberapa instrumen baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, antara lain :
·         Discount policy
Discount policy adalah salah satu instrumen yang digunakan oleh bank sentral dengan cara mempengaruhi banyak tidaknya suku bunga bank tersebut. Untuk masalah pengambilan keputusan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi, misalkan jika terjadi inflasi maka secara otomatis bank sentral akan mengurangi peredaran uang yang ada di masyarakat. Begitu juga sebaliknya untuk mengatasi permasalahan deflasi maka bank sentral akan menurunkan suku bunga agar uang yang beredar dalam masyarakat banyak.

·         Open market policy
Open  market disini dimaksudkan untuk umum, tidak hanaya pejabat beasar atau seorang yang memiliki kekuasaan, namun semua lapisan masyarakat boleh ikut. Open market merupakan kebijakan yang diambil oleh bank sentral untuk menghadapi suatu permasalahan berupa inflasi maupun deflasi, dengn cara jual beli obligasi atau surat-surat berharga yang dimilikinya. Ketika terjadi inflasi bank sentral menjual obligasi atau surat berharganya kepada masyarakat dengan tujuan mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Sedangkan jika terjadi deflasi maka bank sentral akan membeli obligasi atau surat-surat berharga yang sebelumnya dijual ke masyarakat.

·         Cash ratio reserve requirement policy
Kebijakan ini diberlkukan oleh bank sentral dalam upaya mennetukan rasio uang kas dan uang cadangan yang akan digunakan oleh bank umum sebagai dana pinjaman. Dalam suatu keadaan presentase dari cash ratio ini akan dinaikkan dengan tujuan untuk meminimalisasi penyaluran dana pinjaman yang bertujuan untuk mengurangi atau menambahkan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat.

·         Pengaturan sistem pembelian angsuran
Kebijakan ini memiliki tujuan untuk mengurangi terjadinya inflasi, dengan cara mengatur sistem pembayaran secara angsuran. Selain itu kebijakan ini juga dilaksanakan dengan mengawasi aliran pinjaman terhadap pembelian suatu produk baik barang maupun jasa oleh perusahaan kepada konsumen yang disini adalah masyarakat.

·         Selective credit control
Hampir sama dengan kebijakan pembelian angusran, kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi inflasi terhadap kredit untuk membiayai proyek proyek yang dilakukan oleh kalangan masyarakat. Selain itu kebijakan merupakan salah satu upaya atau usaha untuk mencegah aktivitas yang merupakan spekulasi dari para pedagang dengan tujuan memperoleh keuntungan yang besar.

·         Moral suasion
Kebijakan ini dilakukan oleh Bank Indonesia baik secara tulisan ataupun ajakan untuk tidak melakukan suatu tindakan tertentu. Kebijakan ini dilakukan ketika ada hal-hal yang dianggap negatif atau tidak memberi perubahan baik pada perekonomian. Contohnya Bank Indonesia memberikan perintah pada bank bank umum untuk menurunkan tingkat bunga.

  1. Kebijakan segi penawaran
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kegiatan perusahaan dengan tujuan mampu menawarkan produk-produk berkualitas dengan harga yang relatif rendah. Salah satu contoh kebijakan dari segi penawaran adalah kebijakan pendapatan, yaitu langkah-langakh yang dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mengendalikan tuntunan atas kenaikan pendapatan kerja. Untuk melaksanakan kebijakan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain mengembangkan dan melengkapi infrastuktur yang ada dan meningkatkan pelayanan pemerintah dalam mengembangkan kegiatan usaha sektor swasta. Berbeda dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih condong ke segi permintaan.

Itulah beberapa kebijakan yang ada dalam ekonomi makro, kebijakan ini dibuat bukan tanpa tujuan, tapi kebijakan ekonomi makro memiliki beberepa tujuan yakni :
1.      Menciptakan kestabilan harga
Kestabilan harga bukan berarti harga suatu produk tetap atau konstan, namun yang dimaksud harga yang stabil adalah harga yang fleksibel, dimana suatu harga mengikuti situasi kondisi yang ada. Ketika terjadi kenaikan harga produksi, atau pajak yang tinggi maka tidak bisa dipungkiri bahwa harga harus mengikuti kondisi yang ada. Bisa dikatakan bahwa harga yang stabil adalah harga yang fluktuatif. Salah satu contohnya adalah ketika ingin membangun sebuah bangunan tentunya kita membutuhkan bahan baku dan tenaga kerja. Pasti harga dari bahan baku dan gaji dari tenaga kerjanyapun mengikuti perekembangan yang ada. Tidak akan mungkin harga suatu produk atau gaji pekerja akan sama. Contoh lainnya bisa kita lihat pada produk handphone, dimana harga tidak akan tetap kadang harga turun jika ada produk-produk baru yang masuk ke dalam pasaran, bisa juga harga tersebut naik karena barang langka atau memang pada kondisi tertentu.

2.      Memaksimalkan tenaga kerja (SDM) dan output
Tenaga kerja atau SDM merupakan salah satu aspek penting yang harus ada dalam perekonomian, karena tanpa adanya tenaga kerja maka kegiatan produksi tidak akan berlangsung. Namun tidak semua negara yang bisa memaksimalkan tenaga kerja yang ada, masih banyak pengangguran, masih banyak yang tidak bisa bekerja. Padahal penggunaan tenaga kerja secara penuh atau full employment merupakan cita-cita setiap negara. Karena dengan adanya kontribusi dari tenaga kerja secara penuh maka perekonomian suatu negara akan berkembang dengan baik.

3.      Menciptakan pertumbuhan ekonomi
Pertumbahan ekonomi adalah suatu hal yang didambakan oleh semua negara di dunia ini. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi ini maka dalam negara itu akan tercipta sebuah kema\kmuran dan kesejahteraan bagi warga negaranya. Ciri-ciri dari pertumbuhan ekonomi antara lain adalah terciptanya kestabilan ekonomi, pendapatan masyarakat merata, terjadi keseimbangan anatara permintaan dan penawaran, dan lain sebagainya. Jika terjadi pertumbuhan ekonomi di suatu negara maka negara tersebut akan maju dan berkembang.

4.      Menguatkan neraca pembayaran
Neraca pembayaran merupakan salah satu pondasi kekuatan perekonmomian suatu negara. Neraca pembayaran yang rapuh akan mengakibatkan kurangnya kemampuan suatu negara dalam menghadipi permasalahan pengaliran dana ke luar atau ke dalam negeri. Hal ini akan memiliki imbas pada uang asing merosot dan kurs mata uang asing akan meningkat. Dengan begitu maka perekonomian suatu negara akan mendapatkan dampak negatif seperti inflasi, pajak meningkat, biaya produksi meningkat, daya beli masyarakat menurun. Hal inilah yang mengharuskan ekonomi makro untuk memperhatikan kedudukan naraca pembayaran harus selalu teguh dan kuat posisi dan keadaannya.

5.      Meningkatkan kapasitas produksi nasional
Produksi nasional sangat diperlukan oleh perekonomian suatu negara. Berekembang atau tidaknya perekonomian negara ditentukan oleh seberapa besar negara tersebut bisa memproduksi suatu produk. Dengan banyaknya produksi maka otomatis pendapatan negara akan meningkat. Selain itu dengan tingginya tingkat produksi maka kemakmuran dan kesejahteraan akan didapatkan oleh para warga sebagai konsumen. Dan tujuan utama dengan peningkatan produksi nasional maka akan tercipta sebuah kestabilan ekonomi.

6.      Mendistribusi pendapatan
Pemerataan pendapatan adalah hal yang diinginkan oleh semua masyarakat. Pendapatan yang merata menunjukkan bahwa telah terjadi keadilan dan sebuah kebenaran dalam jalannya pemerintahan suatu negara. Pemerataan pendapatan juga merupakan aspek yang harus ada dalam jalnnya perekonomian suatu negara. Karena dengan pendapatan yang memuaskan akan memberikan dampak baik, seperti akan memberikan motivasi lebih bagi para tenaga kerja, sehingga tingkat produksi akan meningkat.

Beberapa tujuan dari kebijakan yang diterapkan oleh ekonomi makro sudah kita bahas, selanjutnya kita akan membahas tentang model ekonomi makro. Sebelum memebahas tentang model ekonomi makro, alangkah baiknya kita mengethaui tentang pengertian dari model ekonomi. Model ekonomi adalah suatu bentuk penyederhanaan dari kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam jalannya perekonomian. Penyederhanaan ini menunjukkan hubungan antara beberapa variabel yang saling berkaitan yang bisa digunakan secara verbal, grafis maupun diagram dan matamatis. Setelah mengetahui arti dari model ekonomi, maka kita akan  membahas tentang dua model yang dimiliki olehg ekonomi makro yaitu :
1.      Peluang teknologi
Teknologi merupakan suatu produk yang akan selalu berkembang mengikuti kemajuan zaman, maka banyak peluang yang bisa kita ciptakan dengan melihat kemajuan teknologi yang ada. Inilah yang dimanfaatkan dan dilihat oleh ekonomi makro sebagai salah satu kunci sukses.

2.      Siklus arus kegiatan ekonomi
Siklus arus perekonomian merupakan sebuah laporan yang harus diketahui,m karena dengan adanya siklus ini kita bisa mengetahui strategi apa yang cocok untuk menghadapi permasalahan yang ada di hari esok.
Itulah beberapa informasi tentang ekonomi makro. Pada dasarnya ekonomi makro adalah sebuah cabang ilmu ekonomi yang khusus membahas tentang peristiwa atau fenomena ekonomi yang memiliki cakupan  besar dan menyeluruh tentunya. Untuk lebih mudah mengerti tentang ekonomi makro, kita fokuskan pada satu kata di dalamnya yaitu makro, makro berarti besar, amka pembahasan yang ada dalam ekonomi makro adalah hal-hal yang memiliki cakupan besar atau bisa memberikan dampak besar bagi suatu perekonomian negara.







SEJARAH EKONOMI MAKRO

    Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.        Istilah formal ekonomi makro (macroeconomics) diperkenalkan pada 1945, ada yang menulisnya macro-economic, ada juga yang menulisnya macroeconomics. Subyek utama ilmu ekonomi makro sendiri, yaitu pertumbuhan ekonomi, bahasan klasik sejak jaman Adam Smith (1723-1790), Thomas Malthus (1766-1834), dan David Ricardo (1772-1823).

    Pada awalnya, studi ekonomi makro lebih dikenal sebagai studi Teori Moneter (Monetary Theory) dan Teori Siklus Bisnis (Business CycleTheory). Teori Moneter bersumber pada studi "teori kuantitas uang" yang menjelaskan hubungan sebab-akibat antara perubahan uang beredar dan perubahan output serta tingkat harga umum (inflasi). Perdebatannya mempertanyakan: apakah perubahan jumlah uang beredar yang menyebabkan perubahan output dan tingkat harga, atau sebaliknya, perubahan output dan tingkat harga yang menyebabkan perubahan jumlah uang beredar.

    Teori Siklus Bisnis mempelajari fluktuasi ekonomi dari hasil interaksi faktor riil (seperti kekayaan alam, cuaca, dan perkembangan teknologi), ekspektasi, dan jumlah uang beredar. Ketika iklim usaha kondunsif, kegiatan ekonomi akan meningkat yang ditandai oleh peningkatan investasi dan output; yang kemudian dapat saja secara tiba-tiba ekspektasi pengusaha berubah sehingga perekonomian menjadi lesu dan mengalami resesi atau krisis.

    Kedua teori tersebut saling melengkapi dan melahirkan konsep teori ekonomi makro. Di periode 1920-1940-an, Keynes meletakkan fondasi sistematis analisa ekonomi makro, khususnya dalam buku The General Theory of Employment, Interest, and Money (1936). Aliran ekonomi yang berkembang berdasarkan pemikiran Keynes dikenal sebagai Keynesian. Sejak itu, terjadi berbagai proses perdebatan yang melahirkan berbagai aliran ekonomi makro seperti: Monetarist (1950-1960), Rational Expectation (1970-an), New Keynesians dan New Classical(1980-an).
Era 1990-an: Menuju Kesatuan Pendapat

    Meskipun sejarah ekonomi makro selalu diwarnai perbedaan pendapat, periode 1990-an ditandai oleh beberapa konsensus pemikiran ekonomi makro. Konsensus ini sendiri memiliki manfaat praktis bagi pengelolaan kebijakan stabilisasi ekonomi makro.

    Pada 1997, lima tokoh ternama dalam ilmu ekonomi makro merumuskan prinsip-prinsip utama ilmu ekonomi makro yang bisa diterima oleh berbagai aliran utama ekonomi makro.

    Pertama, dalam jangka panjang ekonomi akan tumbuh mengikuti pertumbuhan alamiah faktor produksi, seperti: peningkatan akumulasi barang modal per tenaga kerja, perbaikan teknologi produksi, dan perubahan institusi. Pertumbuhan output tersebut merupakan tren jangka panjang yang dikenal juga sebagai output potensial.

    Konsensus kedua menyatakan: fluktuasi output di sekitar tren output potensial sebagian besar disebabkan oleh perubahan permintaan agregat (aggregate demand/AD). Perubahan AD ini bersumber dari perubahan pengeluaran konsumsi, investasi, perubahan ekspektasi, dan interaksi diantara semua unsur tersebut. Faktor penentu AD ini dapat dipengaruhi oleh pemerintah melalui kebijakan moneter dan fiskal, sebagai dua perangkat kebijakan stabilisasi ekonomi makro. Proses fluktuasi output jangka pendek disekitar tren output potensial juga mencerminkan proses penyesuaian akibat sistem ekonomi mengalami "guncangan" (shock) yang berkelanjutan.

    Ketiga, kebijakan stabilisasi makro hanya mempengaruhi output dalam jangka pendek, dan dalam jangka panjang kebijakan stabilisasi makro bersifat netral terhadap ekonomi. Pengaruh jangka pendek ini disebabkan oleh adanya kekakuan/ketegaran (stickiness/rigidities) dalam ekonomi, baik yang bersifat nominal, riil, maupun institusional. Konsensus ketiga ini sebenarnya kembali menegaskan konsensus pertama yang menyatakan bahwa output jangka panjang tumbuh mengikuti tren output potensial, namun dilihat dari aspek penerapan kebijakan stabilisasi makro.

    Terkait dengan kebijakan stabilisasi makro, ada dua hal yang perlu dicatat. Pertama, untuk melaksanakan kebijakan stabilisasi output dan inflasi, kebijakan moneter mempunyai fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebijakan fiskal. Ini terkait dengan faktor institusional, dimana perubahan kebijakan fiskal memerlukan waktu yang lebih lama dan juga selang waktu penerapan yang lebih panjang dibandingkan dengan perubahan/penerapan kebijakan moneter.
    Kedua, dalam perumusan dan penerapan kebijakan stabilisasi ekonomi makro, pembuat kebijakan sebaiknya berpegang pada 'aturan' daripada 'bebas memilih' (rules rather than discretion). Maksudnya, ada kerangka kebijakan stabilisasi makro yang menjadi panduan dasar bagi pembuat kebijakan dalam upaya mencapai target kebijakannya, seperti output dan inflasi. Dua prinsip kebijakan stabilisasi ekonomi makro ini merupakan konsensus yang keempat.

    Akhirnya, meskipun diakui bahwa kekakuan/ketegaran sektor riil mempunyai kontribusi pada inflasi dalam periode tertentu, inflasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang selalu disebabkan oleh faktor moneter (persistent inflation is always a monetary phenomenon). Sehingga untuk memerangi inflasi diperlukan disiplin fiskal (yaitu dengan tidak membiayai defisit fiskal melalui pencetakan uang) dan disiplin moneter.

JENIS PASAR PADA EKONOMI MAKRO

Pasar dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu:
1.      Pasar barang
menggambarkan pertemuan antara permintaan dan penawaran akan barang. Sebuah perusahaan atau individu dapat beroperasi di pasar barang dengan menawarkan barang hasil produksi atau pula melakukan permintaan akan produk. Misalnya, perusahaan tekstil dan produk tekstil menghasilkan berbagai macam kain, pakaian, kaos, jaket, permadani, sepatu dll. Pembelinya adalah masyarakat sebagai sektor rumah tangga, pemerintah dan sebagian lagi warga asing (sektor luar negeri) yang mengimpor barang-barang tersebut.

2.      Pasar uang
adalah pertemuan antara permintaan dan penawaran uang. Dalam pasar uang yang ditransaksikan adalah hak menggunakan uang untuk jangka waktu tertentu. Di pasar uang terjadi pinjam meminjam dana, yang selanjutnya menimbulkan hubungan utang piutang. Pihak yang melakukan penawaran uang adalah otoritas moneter (Bank sentral dan pemerintah) dan lembaga keuangan (bank dan bukan bank), sedangkan pihak yang melakukan permintaan adalah masyarakat (rumah tangga dan perusahaan).

3.      Pasar tenaga kerja
merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Pertemuan ini akan menghasilkan konsep upah dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Biasanya yang melakukan permintaan adalah badan usaha (perusahaan), lembaga-lembaga, instasi-instasi, atau dapat juga perseorangan, sedangkan yang melakukan penawaran tenaga kerja adalah angkatan kerja yang tersedia di pasar kerja. Sebagai contoh Singapura, Malaysia, Arab Saudi dan beberapa negara di Eropa banyak melakukan permintaan terhadap tenaga kerja Indonesia. Sedangkan Indonesia meminta tenaga kerja ahli dari Jepang, Amerika, Inggris, Jerman untuk menjadi konsultan.

4.      Pasar modal
dalam arti sempit identik dengan bursa efek. Dalam arti luas, pasar modal adalah pertemuan antara mereka yang mempunyai dana dengan mereka yang membutuhkan dana untuk modal usaha. Jika pasar uang lebih memfokuskan pada penggunaan jangka pendek, maka pasar modal lebih memfokuskan pada penggunaan jangka panjang.

5.      Pasar luar negeri
menggambarkan hubungan antara permintaan dalam negeri akan produk impor dan penawaran ke luar negeri berupa produk ekspor.

Tujuan kebijakan makro :
1.      Tingkat kesempatan kerja yang tinggi
2.      Kapasitas produksi nasional yang tinggi
Tinggi rendahnya tingkat produksi ini tergantung tinggi rendahnya investasi sedangkan investasi tergantung pada tingkat tabungan dalam negeri atau masyarakat.
3.      Tingkat pendapatan nasional
4.      Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
5.      Keadaan perekonomian yang stabil
Kestabilan yang utama disini yaitu :
-          Kestabilan tingkat pendapatan
-          Kestabilan kesempatan kerja
-          Tingkat harga-harga secara umum
6.      Neraca pembayaran luar negeri yang seimbang
7.      Distribusi pendapatan yang merata
8.      Tingkat inflasi yang rendah.

Untuk mencapai tujuan ekonomi makro tersebut, ada 2 permasalahan yang harus diatasi :
1.      Masalah jangka pendek : masalah stabilitasiberkaitan dengan bagaimana menyetir perekonomian nasional agar terhindar dari 3 penyakit makro :
-          Inflasi
-          Pengangguran
-          Ketimpangan neraca pembayaran

2.      Masalah jangka panjang : masalah pertumbuhan ( growth ) bagaimana menyetir perekonomian agar selaras antara pertumbuhan penduduk & pertambahan kapasitas poduksi.



Catatan :
angka kredir lebih banyak = surplus
Angaka debit lebih besar dari angka kredit = divisit
Angka debit & kredit sama = seimbang
Grow = pertumbuhan tingkat nasional

 
 








Ekonomi Makro Bab II Pendapatan Nasional

BAB II
PENDAPATAN NASIONAL
1.    Pengertian Pendapatan Nasional (National Income)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data pendapatan nasional negara tersebut. Pendapatan nasional biasanya didefinisikan sebagai nilai seluruh barang jadi dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara selama waktu tertentu. Pendapatan nasional digambarkan oleh perkiraan besarnya GDP (gross domestic product = produk domestic bruto = PDB) atau GNP (gross national product = produk nasional bruto = PNB).
2.    Konsep Pendapatan Nasional
1.       GNP adalah nilai dari seluruh barang dan jasa (output) yang diproduksi seluruh penduduk suatu negara, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, dalam perekonomian pada suatu jangka waktu tertentu. Disebut bruto (gross) karena memasukkan penyusutan dalam perhitungannya.
2.       GDP (Gross Domestic Product = Produk Domestik Bruto = PDB)
GDP adalah nilai dari seluruh barang dan jasa (output) yang dihasilkan di dalam negeri, baik oleh penduduk negeri itu maupun warga negara asing yang ada di negara tersebut. Contoh : Output dari Citibank (milik AS) di Indonesia masuk dalam GNP AS dan tidak masuk GNP Indonesia tetapi merupakan GDP Indonesia.
3.        GNP/GDP Nominal & Riil
GNP/GDP nominal mengukur nilai output pada harga yang berlaku pada masa output diproduksi. GNP/GDP riil mengukur nilai output pada periode kapan saja pada tingkat harga suatu tahun dasar (base year)
Contoh : misalkan suatu negara hanya menghasilkan dua jenis output, teh dan kopi.
·       GDP nominal tahun 2000 :
     Teh    : 100 ton @ $1/kg                       =        $100.000
     Kopi : 50 ton @ $2/kg                            =        $100.000
     Total                                                     =        $200.000

·       GDP nominal tahun 2006 :
     Teh    : 120 ton @ $1,5/kg                     =        $180.000
     Kopi : 100 ton @ $2,5/kg                       =        $250.000
     Total                                                     =        $430.000

·       GDP rill tahun 2006 (tahun dasar tahun 2000)
     Teh    : 120 ton @ $1/kg                       =        $120.000
     Kopi : 100 ton @ $2/kg                          =        $200.000
     Total                                                     =        $320.000     
4.       GNP/GDP Potensial & Aktual (Sebenarnya)
GNP/GDP potensial (pendapatan nasional) potensial adalah nilai output atau pendapatan nasional yang seharusnya dapat dihasilkan jika semua sumberdaya dimanfaatkan pada tingkat normal. GNP/GDP aktual (pendapatan nasional sebenarnya) adalah nilai output atau pendapatan nasional yang pada kenyataannya dihasilkan.

5.        GNP/GDP Gap (Senjang Keluaran, Senjang GNP/GDP)
GNP/GDP gap mengukur perbedaan antara apa yang seharusnya dapat dihasilkan jika pendapatan potensial tercapai dengan apa yang secara aktual (sebenarnya) dihasilkan, diukur dengan GNP/GDP saat ini.

6.       Produk Nasional Neto (Net National Product)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produksi yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.

7.        Pendapatan Nasional Neto (Net National Income)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

8.        Pendapatan Perseorangan (Personal Income)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).

9.       Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

3.    Business Cycle (Siklus Bisnis = Konjungtur)
Business cycle adalah pasang surutnya aktivitas bisnis yang terjadi pada kecenderungan jangka panjang. Siklus bisnis merupakan cerminan fluktuasi tahunan pada laju pertumbuhan GNP/GDP riil
Lembah (trough)
·                           Tingginya pengangguran
·                           Rendahnya tingkat permintaan
·                           Rendahnya kapasitas produksi
·                           Terdapat sejumlah kapasitas produksi yang tidak digunakan
·                           Keuntungan bisnis rendah
·                           Banyak perusahaan yang enggan untuk berinvestasi
Pemulihan (Recovery = Expansion)
  • Meningkatnya kesempatan kerja, pendapatan, dan belanja konsumsi
  • Adanya penggantian mesin-mesin tua
  • Meningkatnya produksi, penjualan dan laba
  • Meningkatnya investasi

Puncak (Peak)
  • Kapasitas produksi terpasang mengalami utilisasi (penggunaan) yang tinggi
  • Mulai terasa kekurangan tenaga kerja dan bahan baku
  • Biaya & tingkat harga naik akan tetapi bisnis masih menguntungkan

Resesi (recession = contraction)
  • Terjadinya penurunan aktivitas ekonomi
  • Permintaan, produksi dan kesempatan kerja menurun
  • Laba perusahaan turun
  • Pendapatan rumah tangga menurun
  • Investasi menjadi tidak menguntungkan

4.    Perhitungan Pendapatan Nasional
Terdapat tiga cara perhitungan pendapatan nasional (GNP/GDP) suatu negara, yaitu :
  1. Perhitungan dari sisi output (output approach = metode produksi)
  2. Perhitungan dari sisi pengeluaran   (expenditure approach)
  3. Perhitungan dari sisi pendapatan (income approach)




1.     Perhitungan Pendapatan Nasional Dari Sisi Output (Output Approach = 
              Metode Produksi)
Dengan metode ini pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan produksi (output) barang-barang dan jasa-jasa selama satu periode tertentu. Di Indonesia, pendapatan nasional dihitung dari penjumlahan output yang dihasilkan sektor-sektor dalam perekonomian, seperti sektor pertambangan, pertanian, kehutanan, pariwisata, perdagangan dll. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu :
·         Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
·         Pertambangan dan Penggalian
·         Industri Pengolahan
·         Listrik, Gas dan Air Bersih
·         Konstruksi
·         Perdagangan, Hotel dan Restoran
·         Pengangkutan dan Komunikasi
·         Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
·         Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.

Dalam perhitungannya digunakan perhitungan nilai tambah (added value)  Dalam perhitungan ini nilai output harus dikurangi nilai input yang merupakan output dan dibeli dari perusahaan lain. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perhitungan dua kali (double counting) nilai output.

Contoh :
Nilai produksi bruto minyak goreng sawit tahun 2006 = $1.400 juta
Bahan baku (kelapa sawit) dan bahan baku penolong lain = $ 800 juta
Nilai tambah bruto minyak goreng sawit = $1.400 juta - $ 800 juta = $ 600 juta 

2.     Perhitungan Pendapatan Nasional Dari Sisi Pengeluaran (Expenditure 
                        Approach)
Pendapatan nasional dihitung dari sisi pengeluaran dengan menjumlahkan berbagai pengeluaran yang diperlukan untuk membeli output akhir. Ini merupakan jumlah dari empat kategori pengeluaran, yaitu : konsumsi (consumption), investasi (investment), pemerintah (government expenditure), dan ekspor neto (nett export = selisih ekspor dengan impor).
1.       Pengeluaran Konsumsi (Consumption = C)
Ini merupakan pengeluaran pada semua barang dan jasa yang dihasilkan dan dijual kepada pembeli akhir. Dalam perhitungan ini dikecualikan rumah tinggal yang dihitung sebagai investasi.
                               
2.       Pengeluaran Investasi (Investment = I)
Ini merupakan pengeluaran pada barang-barang investasi, yaitu barang-barang yang tidak digunakan untuk konsumsi sekarang, termasuk persediaan (inventory), barang modal (seperti pabrik, mesin dan gudang) dan rumah tinggal.

3.       Belanja Barang dan Jasa Oleh Pemerintah (Government Expenditure = G)
Yang dimasukkan sebagai bagian GNP/GDP hanyalah pengeluaran pemerintah dalam menghasilkan barang dan jasa yang sekarang saja. Sedangkan pembayaran transfer (transfer payment), seperti pembayaran jaminan sosial, asuransi, pensiun dan kesejahteraan tidak dimasukkan.

4.       Ekspor Neto (Nett Export = X-M)
Ekspor neto adalah total ekspor dikurangi total impor suatu negara

Secara matematis, pendapatan nasional dari sisi pengeluaran digambarkan sbb. :
               Y = C + I + G + NX      atau
               Y = C + I + G + X – M

    3.  Perhitungan Pendapatan Nasional Dari  Sisi Pendapatan
Dari sisi pendapatan, pendapatan nasional merupakan penjumlahan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

1)    Upah atau gaji, yaitu pembayaran atas jasa tenaga kerja. Termasuk di sini upah bersih (take home pay), pajak penghasilan, jaminan sosial, iuran dana pensiun dan imbalan lainnya.
2)    Sewa, yaitu pembayaran atas faktor yang disewa.
3)    Bunga, yaitu termasuk bunga yang dihasilkan dari deposito di bank, bunga pinjaman kepada perusahaan dan bermacam-macam pendapatan investasi lainnya.
4)    Laba, yaitu baik laba yang dibagikan (dividen) dan laba yang ditahan dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional.
5)    Pajak usaha tidak langsung, yaitu pajak atas produksi dan penjualan barang dan jasa.
6)    Subsidi pemerintah pada barang dan jasa dikurangkan dari perhitungan pendapatan nasional.

5.     Kegunaan Statistik Pendapatan Nasional

Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah :
  1. GDP harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai GDP yang besar menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
  2. GNP harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu negara.
  3. GDP harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setipa sektor dari tahun ke tahun.
  4. Distribusi GDP harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
  5. GDP harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
  6. Distribusi GDP menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
  7. GDP penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
  8. GDP dan GNP per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai GNP dan GDP per kepala atau per satu orang penduduk.
  9. GDP dan GNP per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.

Disamping itu,  perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian atau jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris,  Jepang  merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.

Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar